Jumat, 26 September 2008

PERTEMUAN dengan SIBENG




28 Tahun Jumpa Beng Lagi
TAK pernah kutahu mengapa perjumpaan dengannya harus terulang. Selasa siang, 23 September 2008 kita dipertemukan dalam situasi yang sudah sama-sama berumah tangga. Pertemuan tanpa dirancang, tanpa janjian, dan tanpa program sekalipun itu terjadi di rumah Yu Kapsah sekitar pukul 10. 30 Wib. Perempuan yang sekarang berkerudung, enam tahun pernah membuat aku ambruk dalam gelombang asmarannya. Sekitar 28 tahun silam kami tak lagi jumpa sekarang dipertemukan. Aku mengalami kebingungan. Dulu ketika aku mencari dan mendambakan pertemuan dengannya, hal itu tak kan terjadi. Seperti ada gelombang yang menghantam memisahkan kami untuk bertemu. Sekat yang kuat itu, sungguh telah memisahkan pertemuan kami. Ada sih kami berjumpa tapi hal itu hanya selintasan pertemuan di simpang jalan. Lain lagi perjumpaan pada siang itu, tanpa sengaja tanpa krendeg, tapi terjadi dan berlangsung cukup akrab dalam berbincang masa silam. Masa yang pernah membuat kita mampu menyusun teks-teks sastra yang indah, ratusan karya cerpen dan naskah drama penuh dengan kerinduan, sayatan, letupan dan kegalauan hidup tanpa dia. Perempuan ini adalah wanita adik kelasku ketika kami sama sekolah di SMEA Pius yang membelenggu betul perasaanku. Dia selama berpuluh tahun telah memenjarakan jiwaku, pikirku, kalbuku, dan segala panca indraku dalam kekangenanku yang tek pernah putus. Aku mendambakan dia tapi aku kehilangan dia. Aku tersedu-sedu ketika menerima kartu undangan pernikahan dia dengan lelaki yang selama hidupnya tak pernah menjadi pilihan, tapi dia harus terpaksa harus menerima lelaki pilihan orang tuanya."Aku terpaksa menikahi lelaki yang tak pernah aku impikan selama ini. Pernikahan ini aku rasa hanya sebagai bentuk balas budi orang tua asuhku selama ini. Lain gak'" ujar dia ketika kami bercengkerama di Taman Lilin depan kantor DPRD Kota Tegal dalam cemaramnya lampu taman.Ah, itu bayangan masa silam. Dan entah dimana lagi kenangan manis dan getir aku bersama dia. Berdua di gedung bioskop? Di derasnya hujan kita berdua di dalam becak? Atau dimana ya....ah, di setiap gelar tlatah bumi ini s enantiasa ada kenangan manis dengan dia. Sekarang, aku seperti dipelantingkan kepada masa lalu bersama Sibeng ketika secara tiba-tiba dia muncul dan kami berhadapan kembali. Tapi dalam format yang berbeda. Tapi kenangan itu ih....menggigit sekali. “Kenapa kita bertemu lagi Beng?” Ini kata-kataku yang kutelan dalam kegetiran sekaligus kegembiraan saat ini seraya menatap wajah dia seakan tak percaya kita berjumpa lagi. Tapi kekuasaan Tuhan kerap terlalu sulit diterjemahkan, namun justru itulah berbuah kenyataan seperti ketika dulu aku dilempar dalam cintaku padanya terpapas. Sibeng, begitulah perempuan yang kini ada dihadapanku, kiranya tak mungkin menyatu lagi karena antara kita sudah ada sekat. Aku sudah memiliki tiga anak, dia pun sama pula memiliki tiga anak. Letupan masa lalu, kini sedikit mereda. Namun kenangan masa silam itu tak akan pernah mampu mereda, selalu saja menderas dan menderas tak kuasa dihapus.


Wulan Puasa
Selasa, 23 September 2008


KETERANGAN GAMBAR :
Perempuan masa silam, Sibeng

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Very good......