Jumat, 19 September 2008

Lagu Tegalan Penuh Kekuatan Misteri






















TRAGEDI JATILAWANG
Sepotong Lagu Tegalan yang Penuh Kekuatan Misteri


INGIN tahu dan mempelajari tentang lagu Tegalan dengan penulisan yang penuh estetika sastra? Lagu "Tragedi Jatilawang" adalah jawaban dari kerisauanmu itu. Berbilang tahun kau ledek aku. Kau bilang aku punya bahasa cuma bisa untuk bahan lelucon, seperti kau lihat di film-film atau di televisi. Aku tak mau kau terus-terusan tersesat dalam kebodohan pengguna bahasa tegalan macam itu. Akan kutunjukkan kamu bagaimana menikmati keindahan dan kedasyatatan sastra tegalan yang aku kemas dalam syair lagu "Tragedi Jatilawang" itu.
Tentu kemasan itu aku cumbui dengan gelora dan letupan kata-kata yang aku pilih penuh kesungguhan.

Tragedi Jatilawang

Ngebet kesumat maring kowen
kadang, kadang, kadang, kadang
kadang ketemu prahara...
kadang jiwaku merana, kadang uga kukecewa

Kepriben maning, aku demen kowen
tambah suwe, tambah ngebet aku kesumat


Reff:

Dijambaki
didupaki
demenan laka kapoke

Ditonyoli
didupaki
tragedi nang Jatilawang

Kata-kataku penuh rayu? Kau salah tafsir, syair tegalan yang kutulis ini jauh dari itu. Malahan jika kau cerna lebih dalam, dalam syair itu amat kental sayatan luka, meradang, tapi di dalamnya ada gelora, ada vitalitas sebagai seorang yang tak pernah mau mati-mati ketika kita berhadapaan dengan persoalan cinta. Dan semua kepedihan, kenestapaan juga gelora itu telah aku buktikan melalui pilihan kata-kata tegalan.

Inilah sejatinya kedasyatan bahasa tegalan. Bahasa itu adalah kelenturan. Bahasa diucapkanoleh para bencoleng, akan lain ketika disampaikan oleh para santri. Begitu pula bahasa tegalan ketika dipegang seniman akan memiliki rasa lain daripada sewaktu bahasa itu dipakai oleh orang biasa-biasa.

Kepriben maning, aku demen kowen
tambah suwe, tambah ngebet aku kesumat


Kamu tentu bisa rasakan kata-kata di atas itu, sederhana tapi nyastra juga. Jika kau tahu sejarah lagu ini, kau pun akan terpukau. Mustahil tapi berantai peristiwa demi peristiwa. Semacam ada 'kesumat' dan 'kekuatan yang tak bakalan' mampu dijangkau nalar dan pikir manusia.

Semula, aku pilih judul 'Ngebet Kesumat'. Jelang rekaman indie lebel lagu itu, terjadilah peristiwa yang nyaris merenggut jiwaku. Aku dikeroyong oleh para pegundal Desa Jatilawang ketika aku menyambangi sang biduan di desa itu. Aku dimassa ketika pulang dari rumah sang biduan. Untung saja kejadian itu bisa diredam. Aku selamat.


Aku berpikir dan amat dalam aku renungi soal lagu itu. Akhirnya aku mantapkan judul lagu 'ngebet Kesumat' itu aku rubah dengan judul baru menjadi 'Tragedi Jatilawang'. Ajib dan aneh, lagu itu betul-betul telah menyedot daya luar biasa. Setiapkali lagu 'Tragedi Jatilawang' itu aku nyanyikan dari satu acara hajatan ke satu hajatan keluarga lainnya, para penonton seperti tergeriap, aneh, dan tak berkutik serasa tersedot daya kekuatan yang diluar batas apapun. Lalu dengan kerelaan, wanita atau para lelaki, juga para pejabat, langsung menabukan sawer. uh! Tak percaya aku, mendapat sawer. Masalahnya, tak terbiasa seorang lelaki mendapat sawer, namun inilah kenyataan yang berulangkali terjadi ketika aku mendendangkan lagu itu.

Kedasyatan juga terjadi di luar kekuatan apapun, lagu itu ternyata memiliki 'mantak'. Artinya siapapun sang biduan bercoba-coba menyepelekan, dirinya bakal mengalami apa yang tersurat dalam syair dan kata-kata yang ada dalam lagu tersebut. Ada beberapa penyanyi di wilayah Tegal yang mengalami kasus ngenes akibat menyepelekan terhadap lagu itu.

Aku sendiri tak tahu, kenapa lagu 'Tragedi Jatilawang' ini tetap menjadi bintang dan ikon di radio-radio swasta di Tegal? Inilah kedasyatan lagu itu, inilah estika bahasa tegal yang dikemas dalam buntelan sastra penuh kesungguhan.

Sampai disini dulu sayangku, kasihku, dan untuk kau...kau...kau yang ada di sana......, besok kita lanjut lagi apa yang perlu aku bantu.


KETERANGAN GAMBAR: aku sedang beraksi membawakan lagu tegalan Tragedi Jatilawang

Tidak ada komentar: