Jumat, 27 Februari 2009

VIDEO KLIPMusik tEGALAN

Peluncuran Antoloji Puisi Ngranggèh Katuranggan
Hadirkan KMSWT dan Rebana Al Mahda


KELOMPOK Musik Sastra Warung Tegal (KMSWT) bakal mendapat rival bermusik di panggung acara peluncuran buku Antoloji Puisi Tegalan Ngranggèh Katuranggan, 12 Maret 2009 mendatang. Rival yang siap bersanding dengan KMSWT adalah grup musik rebana dari Slerok, Al Mahda.
Kedua grup musik tersebut sudah cukup banyak berkiprah di jagad musik tradisi. Nama grup rebana Al Mahda, tercatat sudah dua kali mendulang prestasi Juara III Lomba Rebana tingkat Kota Tegal tahun 2007-2008. kehebatan mereka bermusik rebana emang lain daripada yang lain. Lagu pop modern bisa mereka suguhkan dengan musik rebana.
“Kita siap aja main dengan kelompok musik KMSWT. Dan ini suatu kesempatan bisa tampil di depan para seniman Tegal,” tutur Imun, salah satu personil Al Mahda, Selasa (24/2) saat latihan persiapan pementasan di Pendapa Ki Gede Sabayu itu.
KMSWT akan mengusung lagu-lagu Tegalan ciptaan Lanang Setiawan seperti Tragedi Jatilawang, Cinta Pendem, Mumpung Ketemu dan Rika Tèga Nyong Tèga. Selain itu lagu terbaru KMSWT, Pamit dan Jaman Kalabendu.
“Kita akan tampil dengan nuansa berbeda, karena membawakan lagu baru dan lagu Tegalannya Lanang Setiawan yang sudah popular di telinga masyarakat,” ujar pimpinan KMSWT, Nurngudiono di sela-sela latihan di rumahnya.

Gawean seni budaya yang digelar Komunitas Warung Puisi Tegalan itu, juga akan diisi pembacaan puisi dari para penyair yang masuk dalam buku Antoloji Puisi Tegalan Ngranggeh Katuranggan.
Mereka antara lain Walikota Tegal Adi Winarso, Wakil Walikota Tegal Maufur, Apito Lahire, Dwi Ery Santoso, Tambari Gustam, Diah Setyawati, Walikota Tegal terpilih H. Ikmal Jaya beserta istri, Hj. Rosalina.
Sementara itu Bupati Tegal pun tertarik untuk berpartisi dalam pembacaan puisi tersebut
(EK)




Kompilasi Lagu Tegalan Menunggu Edar

PEMBUATAN video klip kompilasi lagu Tegalan Adol Tresna kini tinggal menunggu edar. Setelah merampungkan empat lagu, Tragedi Jatilawang oleh Bengkel Sinema, Adol Tresna dan Cinta Pendem, Taman Poci oleh Blizt Entertainment Margasari, kini tinggal enamlagu lagi yang belum dibuat.
“Kita sedang kebut membuat klip video 6 lagu lagi,” tutur produser Blizt Entertainment, Teguh, Selasa (24/2).

Menurutnya, yang membuat jadwal syuting molor, karena para penyanyinya seperti Lia KDI banyak job.
“Begitu mereka tak ada job, kita kebut, dalam satu hari borong sampai tiga lagu,” jelasnya.

Selain kesibukan para penyanyinya, kata Teguh, ia ingin merubah musiknya dengan mengikuti gaya musik era sekarang yang lebih keras. “Lagu yang sudah jadi, kita poles lagi yang lebih fungky, agar lebih diterima anak muda sekarang,” ujarnya.
Seluruh lagu yang ada di CD Kompilasi Adol Tresna ciptaan Lanang Setiawan. Penyanyi yang terlibat, Vera, Umi Safitri, dan Lia KDI.
CD Kompilasi tersebut pengambilan lokasi syuting di daerah Tegal dan Slawi, dimaksudkan agar semakin dekat dengan para pendengar.
“Kita akan edarkan CD Kompilasi di Tegal dan sekitarnya, setelah rampung syuting. Untuk lagu Tragedi Jatilawang yang udah jadi, bisa diunduh di Youtube dan blog para seniman Tegal,” imbuh Vera, si pemeran klip
(EK )
















Rabu, 18 Februari 2009

APITO LAHIRE MAIN KLIP


Apito Lahire
Main Video Klip

KENDATI penyair dan begawan monolog Apito Lahire pernah main sinetron di TVRI Jogja, namun pengalaman sebagai model figuran di video klip album Tegalan Adol Tresna, Sabtu 14 Februari 2009 di Griya Singgah Klonengan milik Bupati Tegal, Agus Riyanto, merupakan satu peristiwa lain bagi dirinya. Masalahnya, pada malam itu ia harus beradegan romantis dengan biduan Vera laiknya sepasang kekasih yang dilanda asmara.
“Saya sempat di-cut oleh sang sutradara tiga kali. Soalnya saya tidak biasa main film dengan adegan percintaan,” ujar lelaki berambut gondrong.
Apito mengaku, soal akting di atas panggung bukan sebuah keasingan. Dia memang jago. Dia pandai menyeret-nyeret perasaan penonton ketika dia melakukan pembacaan puisi atau saat berkiprah memainkan satu nomor dalam lakon monolognya. Tapi kenapa Apito merasakan sesuatu yang ganjil tatkala beradegan dalam koridor percintaan.
“Aneh. Saya merasakan ada sesuatu yang tak biasanya. Mungkin saja karena saya bukan tipe lelaki 'don yuan',” katanya seraya tertawa lepas.
Syuting video klip Adol Tresna adalah salah satu bagian dari sepuluh lagu Tegalan yang saat ini tengah digarap oleh Blitz Entertainment Margasari. Lagu tersebut mengisahkan tentang pengkhianatan seorang cowok terhadap kekasihnya. Kepedihan, dan aniaya gelap gulita yang disodorkan sang cowok terhadap sang kekasih, menyebabkan dia mendapat kutukan tujuh turunan.
Demikian inti dari kisah yang tertuang dalam lagu Adol Tresna yang dibawakan oleh biduan Vera sangat menyentuh. Begitu pula saat dia berakting mengimbangi Apito Lahire dalam adegan percintaan di bangku taman, Vera tetap memiliki daya pikat.
Album Adol Tresna karya Lanang Setiawan itu, selain memasang biduan Verani, juga Lia KDI dan Umi Safitri. Album Tegalan yang diproduseri oleh Teguh Margasari ini, kurang lebih akan melakukan syuting di beberapa wilayah di Tegal, Slawi dan daerah sekitar.
Sekadar diketahui, Apito Lahire pernah main dalam sinetron pendidikan berjudul Surat Bejo Kepada Pak Haryo produksi Puskat Jogja 1996. Selendang Tamansari produksi Taman Budaya Jogja 1997 dan main dalam film dokumenter berjudul Noh produksi Muriyama Theatre 1995 (*)

Selasa, 17 Februari 2009

LIA JAJAL DUNIA MODEL


Lia Jajal Dunia Model

BERTEKAD ingin melebarkan sayapnya dalam dunia gemerlap, pedangdut Indah Rosalia Agustina yang biasa disebut Lia KDI, kini mulai jajal memasuki dunia catwalk. Dunia yang penuh taburan pesona dalam arena lenggak-lenggok yang juga serba gemerlapan, lain dari kebiasaan ketika dia berada di atas panggung dangdut penuh aroma bau minuman beralkohol.
“Memasuki dunia baru, saya jadi kikuk. Bayangkan yam as, setiap kali kaki saya melangkah di arena catwalk, jalan saya harus ditata sedemikian rupa. Beda sekali ketika saya harus berjoget di panggung dangdut, gerakan yang saya eksplor tanpa terikat dengan aturan. Saya betul-betul canggung memasuki dunia baru saya ini,” kata Lia di sela-sela kesibukannya saat meramaikan acara Grand Wedding Festival 2009 yang digelar di Paradise Convention Hall Jalan Raya Damyak, Tegal, Senin 17 Pebruari 2009 malam.
Lia mengaku, meski dunia itu baru dia jajal dan penuh tantangan, namun tak sedikit pun dia mau melepas-renggangkan. Dia akan terus mencoba sampai rasa kikuk terkikis saat berlenggak-lenggok di atas pentas.
“Tak begitu saja saya menyerah. Saya akan coba bila ada even lain dan kesempatan. Saya suka pada tantangan” katanya mantap.
Baginya, kerepotan adalah hal biasa ketika harus memulai melangkah di jalur yang dia tekuni. Hal itu seperti ketika dulu memulai terjun di dunia dangdut, tantangan dan rintangan dia trabas hingga akhirnya berhasil memasuki Gerbang KDI 5 setahun yang silam.
Dia berharap, dalam dunia yang baru dimasukinya itu, sekiranya dapat mengunduh keberhasilan yang gemilang. Sebuah pengharapan dari lajang kelahiran kampung Kalibuntu, Kelurahan Panggung, Kota Tegal itu, menjadi pengobat pahit-getirnya setelah setahun lalu dia jatuh dalam bius asmara yang melahirkan sebuah 'Tragedi Jatibogor'.
“Doakan saja saya bisa berhasil mendayung di dua samudra profesi sekaligus” katanya. Pada malam penampilan perdana memasuki dunia baru, Lia tampak kelihatan anggung. Dengan kebayak pengantin berwarna biru, kedua kaki dia melangkah dengan penuh keyakinan. Hal yang sama terlihat tenang ketika pada putaran ke dua mengenakan gaun pengantin berwarna putih, dengan mahkota ratu yang dikenakan di atas kepala, lenggak-lenggok gayanya memamerkan kebesaran busana. Ada empat kali dia muncul, senyum tersungging dia pamerkan dengan mata menatap tajam kea rah penonton.
Lia mengaku, awal berangkat berkecimpung dalam dunia itu, berkat dari ajakan Silvia, pemilik ‘Gracia Salon’ Tegal. Mulanya, dia kerap creambath di salaon itu, kemudian oleh sang pemilik ditawari untuk meramaikan acara Grand Wedding Festival 2009. Kesempatan yang langka itu, dia sambar tanpa bertanya, karena dia keinginan merambah dunia lain menjadi harapan yang terpendam (*)

Senin, 16 Februari 2009

SYUTING KLIP 'ADOL TRESNA'


Video Klip ‘Adol Tresna’ Syuting

SYUTING video klip musik album Tegalan ‘Andol Tresna’, Sabtu (14 /2) kemarin mulai digarap. Mengambil lokasi di wilayah Margasari.. Syuting dilaksanakan di jalur kereta api pada rembang petang dan dilanjutkan di rumah singgah milik Bupati Tegal, Agus Riyanto, Klonengan malam hari.
Tiga dari rencana 10 lagu dari album tersebut, diambil lakukan penyutingan dengan ngengacu dari skenario yang ditulis Hamidin Krazan. Pengambilan gambar dari 3 lagu yang diambil oleh kameramen Ricky dan Sukur berjudul Adol Tresna, Cinta Pendem dan Taman Poci. Dua lagu berjudul Adol Tresna dan Cinta Pendem dibawakan biduan Vera sedang Taman Poci dinyanyikan oleh pedangdut Lia KDI.
Teguh Margasari, selaku produser dari Blitz Enterainment Margasari menegaskan, itikad pembuatn video klip musik album Tegalan itu dimaksudkan agar para kompunis Tegalan berlomba-lomba mengusung kebesara budaya lokal.
“Sebagai orang yang dibesarkan dan mencari makan di daerah Tegal, sudah selayaknya saya wajib peduli. Saya tidak bisa berpaling apalagi berpangku tangan terhadap budayanya sendiri. Saya mengajak mas Lanang yang punya lagu dan mas Hamidin Krazan sebagai penulis skenario untuk bersama-sama menangani klip tersebut” tandas Teguh Margasari yang sehari-harinya sebagai pembuat film dokumenter pada even show dangdut dari kampung ke kampung.
Rasa tanggungjawab terhadap kebesaran budaya lokal yang digenggam Teguh itu, dipilihnya para biduan yang sudah punya jam terbang tinggi dan punya nama dalam dunian mereka. Bahkan tak tanggung-tanggung dia pun mengajak pedangdut Umi Safitri. Hal ini menurutnya agar memberikan nilai lebih pada album Tegal yang kini klipnya sedang dalam penggarapan.
“Saya ingin album perdana ini digarap dengan sungguh-sungguh. Makanya saya pilih mba Vera, Lia KDI dan Umi. Ketiga biduan yang saya pilih ini masing-masing punya bobot potensial yang tak diragukan lagi” tandasnya.
Teguh menandaskan, untuk memberi nilai bobot tinggi, dia melibatkan pula Penyair dan Begawan Monolog Apito Lahire dan pelatih tari Dewi Rosmalasari sebagai model dari bagian klip tersebut.
“Saya mengajak mereka karena kesungguhan saya menangani klip ini”
Lokasi syuting video klip tersebut total akan mengambil lokasi di daerah-daerah potensi obyek wisata yang ada di wilayah Slawi dan Kota Tegal. Untuk biaya pembuatan klip dan album tersebut tak ada batas dan semua akan dipikul mas Teguh (*)
KETERANGAN FOTO - Para bintang dan kruw kameramen syuting video klip 'Adol Tresna' album Tegalan saat berbose bersama di jalur kereta api di wilayah Margasari, Sabtu 14 Februari 2009 Foto : Lanang Setiawan

Minggu, 08 Februari 2009

VIDEO KLIP TRAGEDI JATILAWANG


Video Klip
Tragedi Jatilawang
Sebuah Eksperimen

BERKIPRAH dalam dunia video klip musik, tak harus menggunakan peralatan kamera yang bernilai puluhan hingga ratusan juta. Sebagai sineas peralatan mahal atau mahal tidak selama mengunduh hasil yang menggembirakan. Karena hasil dari klip tersebut tergantung dari tangan-tangan terampil saat melakukan praproses atau editing.

“Alat canggih yang bernilai puluhan juta hingga ratusan juta, memang penting. Tapi yang utama lagi justru bertumpu pada penanganan saat praproses itu berlangsung” ujar sineas Andy Prasetyo yang baru saja menyelesaikan video klip musik Tragedi Jatilawang.
Dia mengaku pembuatan klip musik tersebut cukup menggunakan kamera handycam. Namun hasil yang dia garap di Bengkel Sinema Sindoro, mampu bersaing dengan prodak klip yang menggunakan kamera bernilai puluhan juta.
“Intinya, saya ingin membuktikan kepada para senias pemula agar jangan terbebani hanya karena mempunyai kamera handycam, lantas kreatifitas mereka mampat. Saya sudah membuktikan hasil video klip Tragedi Jatilawang, ternyata tak kalah ngejreng”
Produksi klip yang baru saja dia lansir di beberapa blog kawan-kawan Tegal dan di link internasional
www.youtube.com itu, menjadi satu tonggak percobaan Andy dalam memulai menggarap video klip lagu yang bernuasakan Tegal dengan pemeran yang juga anak-anak Tegal. Dengan suasana klasik, gambar-gambar yang menampilkan biduanita Vera dari Mejasem itu, dia poles sedemikian apik. Selama tiga hari syuting di obyek wisata Lembah Agro, di Kalibakung, Kabupaten Tegal dan Kalibuntu, Kota Tegal itu, boleh dibilang sebagai langkah keberanian seorang Andy dalam melakukan eksperimen sekaligus menawarkan gairah gugah kepada para sineas pemula agar berani melakah dalam berkarya kendati dengan peralatan seadanya. Saksikan saja hasil video klip Tragedi Jatilawang di link www.bengkelsinema.co.cc atau www.begawantegal.blogspot.com. Tragedi Jatilawang diambil dari lagu Tegalan karya Lanang Setiawan (*)


KETERANGAN FOTO : - Biduan Vera saat syuting di kawasan Obyek Wisata Lembah Agro, Kecamatan Lebaksiur, Kabupaten TEgal milik Mashuri Dahlan.




Kamis, 05 Februari 2009

KARENA SAWER UMI TERJUNI DANGDUT


Karena Sawer
Umi Terjuni Dangdut

PEDANGDUT Umi Safitri mengaku menerjuni dunia dangdut karena alasan profit dari pendapatan sawer yang dia rengkuh dalam kehidupan gemerlapan. Tak hanya siang mau pun malam tapi sampai larut pagi dia jalanani dari berbilang tahun sebagai seorang biduan dangdut.
“Aku suka dangdut karena uang yang saya dapatkan begitu mengalir bak air pancuran dari para penjoget yang gampang menghamburkan sawer," kata Umi ketika memberi alasan kenapa dirinya betah menekuni jalur musik dangdut.
Pedangdut yang berdomisili di Jalan Nanas, Kelurahan Kraton itu, juga punya alasan lain. Pokok utama yang cukup mendesak adalah rasa bela yang suntuk pada ekonomi keluarga yang dirasa perlu mendapat uluran tangan. Oleh karena itu ia tak mau main-main berprofesi sebagai pedangdut. Cukup lama ia menerjuni dunia gemerlapan itu sejak sekolah di tingkat SMP. Awalnya ia berangkat dari dunia pop rock. Semasa SMP lagu-lagu berirama cadas rock pop, dia lalap. Namun begitu menghadapi kenyataan di masyarakat musik tersebut kurang booming, maka secepatnya bating setir dan mendalami jalur musik dangdut.
“Tuntutan pasar di daerah Tegal dan sekitarnya adalah dangdut. Maka sebagai public figure saya harus ngalah dan segera banting setir. Jika saya memaksakan diri di jalur rock pop, saya akan tersisih. Mau tak mau saya beralih ke jalur musik dangdut,” katanya.
Sebagai pedangdut lokal, nama Umi tak lagi disangsikan. Daerah jajahan pun tak sebatas di wilayah Kota Tegal, Slawi, Brebes, namun ke sejumlah wilayah pelosok pedesaan di luar tiga daerah itu dia sambangi. Berkat kesetiaannya sebagai biduan dangdut, dalam bulan Maret nanti, Umi mendapat tawaran job video klip musik dangdut oleh Blitz Production di bawah produser Teguh dari Margasari.

“Insya Allah dalam bulam Maret nanti, saya dikontrak main video klip musik dangdut album Tegalan karya mas Lanang Setiawan bersama Vera dan Lia KDI,” pungkas Umi (L*)

TAK SEKADAR ANTOLIJI PUISI BIASA


Ngranggèh Katuranggan’
Tak Sekadar Antoloji Puisi Biasa

PENERBITAN Antoloji Puisi Tegalan Ngranggèh Katuranggan yang diterbitkan media Tegal Tegal, menegaskan bahwa kehadiran Sastra Tegalan terus bergulir tak hanya menggeliat namun sudah menjadi bagian dari masyarakat Tegal yang perlu dieksplor secara habis-habisan, agar betul-betul Sastra Tegalan mencapai pada titik kemulyaan.
Demikian M. Hadi Utomo memaparkan kata-katanya dalam Ater-ater atau laiknya disebut Kata Pengantar pada antoloji tersebut. Menurut dia, sarana ekspresi Sastra Tegalan sudah semakin popular sebagai alat komunikasi bermacam bentuk. Dari namanya sesanti atau slogan kota/kabupaten, spanduk/balio, jingle/iklan/promosi dan bahkan sampai pada tataran penyampai untuk alat dakwah, sampai dengan pidato sambutan menggunakan bahasa puisi. Model kemasan pidato dalam kemasan puisi itu bahkan kerap dilakukan oleh Wakil Walikota Tegal, Dr. Maufur setiapkali dia memberikan sambutan pada acara resmi.
“Kehadiran Sastra Tegalan sudah demikian liar. Tidak hanya dipakai untuk alat penyampai puisi, cerdek, cerbung, scenario maupun novel, tapi sudah merembes ke seluruh elemen masyarakat Tegal,” papar Hadi.
Kehadiran antoloji puisi Ngranggèh Katuranggan yang baru terbit pada akhir Januari lalu, dinilai Hadi Utomo cukup mewadahi berbagai gaya atau still oleh para penyair yang terakomodir. Dari 29 penyair yang turut ambil bagian dalam antoloji itu, tak saja bertemakan sosial, ketuhanan, sampai soal remeh-temeh tentang kegundahan asmara.
“Antoloji Ngranggèh Katuranggan ini saya pikir tak sekadar bacaan biasa namun memungkinkan sekali menjadi sebuah referensi penting bagi para siswa, mahasiswa bahkan untuk sebuah penelitian para kritikus atau pengamat sastra lokal yang ingin menyuntuki bahasa Tegal” tandas Hadi yang berbilang tahun telah menyuntuki bahasa Tegal.
Oleh sang Editor Lanang Setiawan, kehadiran antoloji tersebut diharapkan menjadi sebuah pemicu bagi kalangan pelajar, mahasiswa, pencinta sastra untuk tak lagi malu mengusung penerbitan buku-buku Tegalan. Baik itu berupa kumpulan puisi, cerita pendek, novel, monolog, dan bahasa film yang telah dibuktikan oleh sineas muda Andy Prasetyo dalam film Warto Togel (*)



Selasa, 03 Februari 2009

MISS LAKA LAKA DARI TEGAL


Prety Miss Laka-Laka Indonesian Idol

BERKAT penampilannya yang heboh, konyol, dan pede habis saat audisi Indonesian Idol di GOR Wisanggeni maupun di Jakarta, Prety dinobatkan ‘Miss Laka Laka’ Indonesian Idol. Cewek kelahiran Tegal ini meski kalah audisi, namun diundang sebagai bintang tamu acara Workshop I Indonesian Idol yang ditayangkan secara live di RCTI, Jumat (25/4/2008).
Menurutnya, penobatan Miss Laka Laka diperoleh bermula dari lontaran artis Titi DJ yang menanyakan padanya kata apa yang sedang ngetren di Tegal. “Saya jawab Tegal Laka-Laka. Hingga akhirnya setiap ditanya oleh juri Inda Lesmana cs selalu diselingi kalimat Tegal Laka Laka, maka saya pun oleh panitia Indonesian Idol didaulat sebagai Miss Laka Laka,” ucapnya, Senin (28/4) sepulang dari Jakarta di rumahnya.
Titi DJ pun sempat bertanya apa artinya Tegal Laka Laka, imbuh Prety. “Saya kembali jawab Tegal tak ada yang lain,” ujarnya.
Waktu acara Workshop I Indonesian Idol itu, Prety menyanyikan lagu Ratu Sejagat milik grup Ratu.
“Kemunculan saya bahkan tidak diketahui oleh juri Indonesian Idol. Jadi surprise deh. Soalnya ketika audisi, terutama Mas Anang selalu mengejek saya, ‘kamu mati gaya’ tapi bisa tampil di Workshop Indonesian Idol,” akunya.
Anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan Bambang Suhendi dan Siti Nurul Khomariah kelahiran Kampung Kalibuntu, Kelurahan Panggung, Kota Tegal ini, memiliki kehebohan menyanyi pada setiap kali pentas, sudah menjadi stylenya dari sono.

“Pokoknya dimanapun dia menyanyi selalu bikin heboh acara. Saya pun kaget dia mendapat standing aplous dari seluruh penonton di studio RCTI ngalahin Dellon,” ujar kakaknya, Dewi.
Pretty suka menyanyi semenjak masih kanak-kanak.

“Dia pernah ikut Lomba nyanyi tingkat RT/RW, pernah pula jadi bintang tamu waktu Ria Enes ke Tegal untuk ngadain acara Amal Gempa Flores di GOR Wisanggeni tahun 1993, dan kontesntan karaoke di Bahari Inn tahun 1994,” jelas Dewi.
Dengan predikat Miss Laka-Laka, dia secara tak langsung mempopulerkan Kota Tegal di kancah hiburan nasional.
“Mudah-mudahan di acara Spektakuler Indonesian Idol saya diundang lagi,” harapnya (EK)

Keterangan Foto:
MISS LAKA LAKA – Prety tampak di layar kaca bersama dua presenter Indonesian Idol Dewi Sandra dan JMTV Daniel usai membawakan lagu ‘Ratu Sejagat’. Prety yang dinobatkan sebagai ‘Miss Laka Laka’ dari Tegal ini tampil heboh pada Jumat (25/4/2008) sebagai Bintang Kehormatan. Poto NP: Lanang Setiawan



SILVIA IKON TEGALAN


Silvia, Ikon Tegalan

PENDATANG baru penyanyi tembang Tegalan, Silvia Arifiani Pratiwi, segera dijadikan ikon Tegalan oleh kompuser dan pencipta lagu Dhimas Riyanto. Menyusul pada lomba lagu Tegalan ‘Ana Crita Ana Kanda’ ciptaan Dhimas tahun 2008 lalu, dia keluar sebagai juara pertama.
“Saya tertarik sama Silvia karena masih muda dan punya bakat. Masa depannya masih panjang dan saya ingin anak-anak muda Tegal menjadi ikon di daerahnya sendiri,” ujar Dhimas.
Menurutnya, ia sudah menyiapkan album Pantura Tegalan IV yang bakal dibawakan oleh tiga pendatang baru yakni Jaka Priya, Windy Asti dan Silvia AP. Tiwi sendiri akan membawakan tiga tembang Tegalan berjudul Gendul Oclak Aclik atawa Wangsalan Tegal ciptaan Lanang Setiawan, dan dua karya Dhimas berjudul Jaré Sapa dan Nganter Bojo Lunga.
Ditemui terpisah, Tiwi panggilan akrabnya mengaku sangat gembira menerima tawaran rekaman album Tegalan oleh Dhimas Riyanto. Sebagai orang yang lahir di Tegal Tiwi sangat mencintai kotanya sendiri.
“Saya menyukai lagu-lagu Tegalan karena saya bangga menjadi orang Tegal. Saya suka lagu Tegalan karena syairnya sangat polos, jujur dan sesuai fakta. Saya ingin membuktikan kepada orang-orang yang suka mengatakan bahasa Tegal itu kasar dan memalukan. Menurut saya, bahasa Tegal adalah bahasa yang indah yang harus kita lestarikan” kata Tiwi yang memiliki nama popular Silvia AP.
Menurut Tiwi, perjalananan keseniaannya sebelum terjun dan gandrung pada dunia tarik suara, lebih suntuk pada seni akting. Ia pernah menjadi juara III lomba sandiwara berbahasa Jawa tingkat SMP/SMA di Tegal saat duduk di SMP. Ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paduan suara dan teater di sekolah juga. Turut serta meramaikan pementasan kolosal Martoloyo Gugat setahun lalu.
Mengikuti lomba nyanyi Tegalan, sesungguhnya tak sengaja. Pada tahun lalu, ibunya tanpa sepengetahuan Tiwi, namanya didaftarkan untuk mengikuti lomba lagu Tegalan. Tapi tak dinyana ia mampu mengalahkan 24 finalis dari 25 kelurahan se Kota Tegal dan ia berhak menggondol juar pertama.
“Jujur saja mas, awalnya saya tidak tahu adanya kontes nyanyi Tegalan, tapi tiba-tiba saya didaftarkan oleh ibu yang sangat mendukung saya untuk bisa menyanyi di atas panggung. Karena saya termasuk orang yang kurang percaya diri dan hanya mau nyanyi untuk diri sendiri dan bukan untuk orang lain. Tetapi setelah mengikuti kontes itu, saya tahu kalau menyanyi dihadapan penonton lebih menyenangkan karena bisa menghibur,” kata anak pertama dari 5 bersaudara dari pasangan Imam Prawono dan Malichatun yang beralamatkan di Jalan Bawal Barat Rt 03/3A Kelurahan Tegalsari, Kota Tegal itu.
“Saya ingin apa yang saya bias di dunia seni bermanfaat bagi orang lain dan ingin mencari ridho Allah lewat dunia nyanyi” pungkasnya menyoal keinginan dan cita-cita kesenimanannya (
*)









Minggu, 01 Februari 2009

SETELAH GARAP VERA ANDY GARAP LIA KDI



Setelah Vera Andy
Garap Lia KDI

PELAKSANAAN video klip musik Tragedi Jatilawang, Sabtu (31/1) mengakhiri masa syuting di Obyek Wisata Cacaban, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal. Lagu tersebut diambil dari album Tegalan berjudul sama. Dalam album itu dinyanyikan oleh Anik Dalimunthe berduet dengan sang pencipta lagu itu yang kemudian dirilis pada tahun 2006 lalu.
Oleh seneas Tegal Andy Prasetyo pemeran dalam klip tersebut dipilihkan peran penyanyi Vera berpasangan dengan sang pencipta lagu itu. Pada syuting pungksan, klip tersebut diambil adegan di ayunan dan di dalam gubuk saat kedua muda-mudi yang dimabok asmara itu berteduh menanti hujan reda. Di bawah derasnya hujan, mereka memadu kasih serasa berdekapan mesra. “Terasa hangat aku dipeluk oleh pasangan saya. Di bawah hujan aku dirayu didekap kuat-kuat. Begitu maunya sang sutradara” terang Vera yang mengaku ngebet dengan lagu itu.
Meski dia baru pertama kali bermain dalam klip, Vera mengaku tak canggung untuk memerankan tokoh yang ada dalam lagu Tragedi Jatilawang. Bahkan dia sendiri yang kerap mengajari lawan mainnya yang kadangkala canggung untuk memeluk dirinya.
Rencananya, menurut Andy, klip berikutnya segera berlanjut dengan memakai lagu-lagu Tegalan yang dicipta oleh para seniman Tegal.
“Saya ingin andil dalam blantika musik Tegalan karena saya lahir sebagi orang Tegal” katanya.
Andy menambahkan, pada klip yang segera digarap dirinya akan menggaet Lia KDI. Saat ini Andy sedang menyusun drap scenario lagu Rika Tega Enyong Tega dan Lagi Kedanan. “Tunggu saja dalam minggu-minggu ini kami siap menggarap klip musik berikutnya,” pungkasnya (*)

KETERANGAN FOTO : Lia KDI dan Vera