Sabtu, 25 Juli 2009

PUISI ABU MAMUMR MF

Tak peduli panas menyentak, penyair Abu Mamur MF menyalakan satu puisi Metamorfosa
Waktu karya terbarunya, Minggu 28 Juli 2009 di halaman Kampus Poli teknik Harapan Bersama Jalan Dewi Sartika Kota Tegal, seusai mengisi pembacaan sajak di acara Junarlistik dan Budaya
Foto: Lanang Setiawan



Abu Mamur MF
Metamorfosa Waktu

Melalui selembar jendela batinku, aku kembali merasakan masa di dalam kandungan
dalam kesepian panjang..tanpa cahaya, tanpa suara, tanpa dering telepon,
tanpa facebook yang konon akan diharamkan
mungkin MUI keliru membaca, facebook dibaca mabook…
lantas aku melihat masa kanak-kanak, ketika bermain perahu kertas
kulepas di arus selokan. Tiba-tiba, halilintar mengaum..aum aum aum
bongkahan mendung p ecah menjadi puing-puing hujan
perahu kertasku lusuh..kuyup dan terbawa arus
aku menangis…
kakak…perahuku hilang…
kakakku hanya berkata, puas kowen, wong ari dolanan ora ati-ati neng gadiné perahuné ilang
oh..
lantas kakakku tertawa, aku pun ikut-ikut tertawa, entah kenapa..
dan hadirin rupanya ikut menertawai hahaha..

Tak terasa, waktu adalah kereta yang melaju begitu cepat
namun begitu banyak manusia yang terlena membiarkannya berlalu begitu saja
sementara kita tidak tahu berapa batas usia kita
wal ashri

“Demi waktu, sesungguhnya semua manusia benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali mereka yang beriman, beramal sholeh dan saling menasehati dalam kebaikan
dalam kebenaran..”


Ada yang menghamburkan waktunya dengan membuat deretan catatan keluhan
Ia mengira takdir adalah pahatan Tuhan yang tak bisa kita ukir..
Ia bilang, kemiskinan adalah takdirku, penderitaan adalah takdirku..
ah, jika benar demikian, Tuhan macam apa yang menciptakan kerangkeng
pada hamba-Nya?
Terus saja debu-debu dosa menebal dan melekat pada jiwanya..
padahal Tuhan telah bersajak
Innallaha la yughoyiru...

“Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai kaum itu
mengubah dengan tangannya sendiri.”


Pilih yang mana, terkerangkeng dengan takdir yang kau pahat sendiri
atau berkelepak terbang melukis nasibmu dengan tintamu sendiri?

Saudaraku, betapa kerapnya Tuhan mentraktir kita setiap hari, setiap waktu
Jangan! Jangan! Jangan biarkan waktu berkelebat hanya mengangkut debu-debu
Basuh, basuh, basuh raga dan jiwa kita dengan asma-Nya
dengan cinta-Nya, dengan kasih-Nya..

Laailaha illallah..


Kec. Tarub, Kab Tegal
26 Juli 2009

Tidak ada komentar: