Rabu, 01 Juli 2009

KI CARITO USUNG WAYANG SRAKAL


Pagelaran Wayang Srakal
Punya Masa Depan Cemerlang

DUNIA pedalangan di Kabupaten Tegal semakin kreatif dengan munculnya Dalang muda Ki Carito. Dengan mencuatkan gaya srakalan yang digeber, pagerlaran wayang golek ini Ki Carito jadi dinamis dan praktis karena hanya dimainkan oleh satu orang. Diprediksi model pagelaran Ki Carito ini bakal memiliki masa depan cemerlang dan menjadi sebuah fenomena baru.
“Saya ingin mencairkan kebekuan dunia pedalangan. Diharapkan, dengan munculnya gaya srakalan ini kebekuan antara generasi muda dengan dunia pedalangan akan cair, dan pagelaran wayang tidak dipandang sebelah mata oleh generasi muda,” ujar Ki Carito suatu ketika.
Menurut dalang asal Kecamatan Pangkah ini, gebrakan pemanggungan dalam action pedalangannya itu, perlu dicarikan format yang lebih simpel, mengingat bahwa pakeliran padat itu perlu menjadi sebuah kemasan yang harus ditawarkan kepada masyarakat. Dengan demikian, dunia pedalangan tidak tergerus oleh derasnya budaya pop.
Mengacu dari pemikiran itu, Ki Carito mencoba mengeluarkan konsep pemanggungan pakeliran padat dengan mencuatkan Wayang Srakal. Gaya srakalan yang dimaksud Ki Carito adalah mirip dengan penampilan dalang glètak atau dalang tutur. Artinya, Ki Dalang dalam mengusung sebuah lakon tidak hanya berperaan sebagai dalang saja, melainkan merangkap-rangkap bertindak sebagai penabuh kendang, gending, bahkan rebana, dan juga seperangkat alat drum.
“Ringkasnya, seorang dalang Wayang Srakal itu harus all round. Pada saat tertentu ia bertindak sebagai seorang dalang, tapi disesi berikutnya harus mampu memainkan berbagai alat musik. Bahkan tak pelak lagi, dalang Wayang Srakal itu bisa berperan sebagai player organ tunggal,” katanya.
Sebagai penarik pementasan, kata dia lebih lanjut, pakelirannya itu dijejali seorang penyanyi yang mampu membawakan bermacam lagu dangdut, tarling, campursari, dan juga tembang-tembang Tegalan.
“Perlunya seorang biduan, itu sangat menunjang agar pakeliran Wayang Srakal menambah greget pementasan. Sehingga anak muda pun akan terpancing untuk betah menikmati suguhan pakeliran wayang,” tandanya.
Untuk pementasan Wayang Srakal, paling banter dua setengah jam. Bisa juga hanya beraksi satu jam. Hal ini karena sifat dari pementasan tersebut adalah pakeliran padat, pungkasnya (LS )

WAYANG SRAKAL - Ki Carito, dalang Wayang Srakal tampak bersemangat memainkan alat musik band, di sela-sela mendalang dengan dibantu dua penyanyi sebagai greget dari pakeliran padatnya (Foto : Lanang Setiawan)

Tidak ada komentar: