Selasa, 21 Oktober 2008

PEMBACAAN SAJAK TEGALAN di TAMAN MINI


Iqbal Baca Puisi ‘Raimu’

Karya Wakil Walikota Tegal

MESKI sudah lama meninggalkan dunia kepenyairan dan baca puisi, HM. Iqbal masih memiliki daya pukau ketika dia membawakan sajak ‘Ketemu Ning Taman Mini Jakarta’ dalam acara pentas seni, agenda tahunan Dishubparsenbud Kota Tegal dan halal bihalal dengan jajaran pejabat Pemkot Tegal di anjungan Jateng Taman Mini Indonesia Indah, Minggu (19/10) kemarin.
Sajak tegalan karya Wakil Walikota Tegal Dr. Maufur itu, dibacakan Iqbal dalam suasana yang gayeng dan memancing keakraban para pengunjung yang memadati anjungan Jawa Tengah Taman Mini. Mohamad Iqbal mampu menghidupkan suasana yang beku menjadi cair.
Sebelum mengawali pembacaan, Iqbal mendaratkan sebuah kata dalam bahasa tegalan. “Enyong mantuné penyair Piek, kira-kira pantes ora nyong maca puisi? Apa maning kiyé puisiné Wakil Walikota Tegal Dr. Maufur. Ndelèn tak jajal, mesih sakti kaya kegimiyèn apa ora ya?”
Dengan lantang dan medok, Iqbal pun membaca sajak itu:


Ning taman cilik sing gedé nemen

nyong kowen kabèh pada kumpul

margané ana rasa demen

ketemu kanca lawas tetangga lor kidul..


Semula saat dia membawakan puisi itu belum begitu mengejutkan. Meski demikian, suasana yang tadinya tegang dan penuh kejutan, mendadak para penonton dibuatnya ngerajuk ketika dengan penuh keberanian sang penulis sajak yang notabene Wakil Walikota Tegal itu, menuangkan kata-katanya begitu bak-bakan namun sangat akrab ditelinga orang Tegal. Bahkan menjadi kerinduan bagi masyarakat perantau yaitu pada kata ‘raimu’. Kita simak saja baik kedua pada sajak berjudul Ketemu Ning Taman Mini Jakarta’ itu.


Atiku ya pancèn bungah

raimu ya kayong sumringah

ana sing njagong

ning pinggir lan ning tengah

katon kang Sakir toli yu Minah…


Kata ‘raimu’ ketika dibacakan Iqbal, begitu menggempar, meledak, namun dengan aksen pembacaannya yang medok itu mampu mengundang tawa pengunjung. Bahkan Iqbal pun beberapa kali mengulang dan para penonton makin akrab dan sama sekali tak merendahkan diri siapapun. Mereka bahkan begitu senang, karena seperti mengenang pada pergaulan masa kanak-kanak di daerahnya, Tegal. Tak kayal lagi, tepuk tangan mengguruh. Pembacaan sajak tegalan ini menjadi sebuah puncak acara yang ditunggu-tunggu. Karena ungkapan ‘raimu’ itu dibacakan pada suasana dan kondisi sangat tepat, ketika para perantau Jakarta tak lagi mendengar kata itu, menjadi kerinduan menderu yang mereka bekap dalam dada selama bertahun-tahun. Makanya, begitu mereka mendengar kata itu, kerinduan panjang mereka jadi terlunasi. Dan agaknya Maufur, sang penulis sajak itu, mengerti akan kerinduan para perantau dengan kata-katanya yang blakasuta. Ditambah lagi Iqbal sendiri membawakan sajak itu dengan pas dan kental aksen tegalannya yang medok. Sungguh, pertemuan yang resmi itu akhirnya menjadi gayeng dan penuh keakraban. Cair dan mencair dengan puisi tegalan *

KETERANGAN GAMBAR:

HM. Iqbal saat membacakan puisi ‘Ketemu Ning Taman Mini Jakarta’ karya Wakil Walikota Tegal Dr. Maufur, di anjungan Jateng Taman Mini Indonesia Indah, Minggu (19/10)

Tidak ada komentar: