Minggu, 05 Oktober 2008

DHIMAS RIYANTO - Pencipta Lagu Tegalan

Mengenal Dhimas Riyanto

LEBIH dari 100 judul lagu telah ditulis. Seratus diantaranya masuk dalam daftar karya cipta. Tema syair lagu seputar percintaan, potret zaman dan kritik sosial. Yakni pencitraan tentang potret peri kehidupan masyarakat Kota Tegal antara zaman dahulu dengan kondisi terkini. Dimana di dalamnya banyak terjadi erosi moral dan semakin musnahnya budaya lokal. Hal itu tercetus dalam obrolan dengan pencipta lagu Tegalan Dhimas Riyanto pada Kamis (14/8/2008) di lokasi syuting video clip album ‘Pantura Tembang Tegalan IV’ di salah satu rumah makan di Pantura.
“Meski diwarnai kritik sosial tapi syair lagu yang saya tulis tidak vulgar dan sarkasme, sehingga siapapun yang jadi sasaran kritik, dirinya tidak tertohok’” kata Dhimas.

Selain itu, lanjutnya, cara penyampaian kritik dengan cara santun sebagai bukti bahwa bahasa Tegalan itu tidak kasar sebagaimana anggapan orang banyak.
Bagi pengurus PAPPRI Jawa Tengah ini, syair lagu yang ditulisnya selalu dilakukan dengan penuh kesadaran disertai rasa tanggungjawab moral. Segala yang terjadi di masyarakat itulah yang tertuang dalam untaian syair. Tentu saja bagaimana agar sesuai criteria ideal. Yakni syair yang padat, lugas tapi maknanya dapat dicerna pendengar di segala lapisan.
“Dengan bekal daya estika yang kita miliki, sehingga bertapapun kondisi tata kehidupan sangat amburadul, tetap diupayakan dibuat dalam bentuk syair lagu dengankemasan santun” prinsipnya.
Hal yang tidak kalah penting, kata Dhimas, kepedulian terhadap budaya lokal tidak hanya diupayakan melalui bidang kesenian saja. Melainkan bisa juga melalui beragai tata kehidupan. Sebagai pencipta lagu, tentu melalui syair yang ditulisnya. Dimana didalamnya diberikan empati dan simpati terhadap eksistensi budaya lokal. Seperti fenomena semakin lenyapnya berbagai bentuk jajanan pasar dan makanan tradisional, lallu tercetuslah ide lagu ‘Jajanan Pasar’. Diharapkan dengan dicantumkannya aneka nama jajanan pasar yang sudah langka di sekitar masyarakat di dalam lagu itu akan memberi rasa bangga bagi para penjual makanan tersebut. Semua itu sebagai upaya tanggungjawab moral terhadap generasi penerus akibat dari adanya transformasi budaya yang tidak sepadan. Seperti fenomena remaja yang lebih bangga dengan jalan-jalan mejeng di mall dibanding menenteng wakul menuai padi di sawah.
“Sebagai seniman kita punya tanggungjawab kepada generasi muda untuk memberi tahu budaya yang luhur, syukur mau meneruskannya. Seperti mereka harus mengenal bahasa ibu,” ujar Dhimas.
Beberapa lagu Dhimas yang pernah hit dari tahun ke tahun seperti ‘Nyong Cinta Padamu’ (1995), ‘Sèndèhan Lawang’ (2004) yang sempat hit denganlagu ciptaannya ‘Ngodor Dèwèk’, ‘Tembang Tegalan IV’ dan lainnya.
Dhimas Riyanto lahir di Balapulang Kabupaten Tegal, 20 Juni 1955. Sejak SMP sudah mulai main gitar. Dia mengawali kariernya sebagai pencipta lagu pada tahun 1978. Lagu pertama berjudul ‘Mencla-mencle’ berirama Pop Jawa diterima produser Dian Recorder Jakarta dan dinyanyikan oleh Sundari Sukoco. Sejak itu, kegilaan Dhimas terhadap proses kreatif penciptaan lagu semakin bergerak. Tak heran berbagai jenis lagu baik yang berirama anak-anak, tarling, pop, dangdut, dan pop Jawa terus bergulir. Diantaranya berjudul ‘Doa Ananda’ dinyanyikan Hana Pertiwi, ‘Cium Sayang’ dibawakan Yunita, ‘Surat Rindu’ dinyanyikan Ayu Soraya, ‘Camping’ (Sundari Sukoco), ‘Bunga Desa’ dibawakan Hamdan ATT, ‘Cindera Mata’ (Yusnia), ‘Pedih' (Lira Rosdiana) dan ‘Janur Kuning’ dibawakan oleh Imaniar. Termasuk pernah menyatukan duet penyanyi Tegalan antara Najeeb B dengan Santi Sartika untuk album Tegalan pada tahun 1990. Sayang album tersebut belum sempat edar.
Sebagai orang Tegal, Dhimas yang punya nama asli Agus Riyanto ini tergugah untuk memberikan nama lebih kepada daerah kelahirannya. Ia menyatakan dirinya sebagai pencipta lagu Tegalan dengan pembuktiannya menelorkan album ‘Nyong Cinta Padamu’. Dalam album tersebut, Dhimas mengkolaborasikannya dengan komedian. Ia mengusung pelawak asal Tegal Cholik dan Arbain. Album antara pelawak dan lagu ini terbilang sukses. Sekitar 1000 keping diborong oleh Pemkab Tegal. Sejak kesuksesannya itu, Dhimas Riyanto terus berproduksi dengan ‘Ariwani Record’-nya yang dia dirikan. Dhimas juga pernah menangani berbagai album rekaman saat dipercaya Naviri Record pada tahun 1988 bersama Yulia Yasmin, Asmin Cayder, Fariz RM, Neno Warisman. Termasuk menangani album Muksin Alatas dan Titiek Sandhora tahun 1993 di Blackboard. Sepuluh 10 karya besar Dedy Dores dengan penyanyi orbitan baru dari Tegal Enny LS di Metrotama Record. Tahun 2006 hingga sekarang Dhimas bolak balik Tegal Jakarta untuk konsentrasi album Tegalan dengan segala upayanya. Pertengahan tahun 2007 ia mendaur ulang dua lagu Tegalannya dari album ‘Nyong Cinta Padamu’ yaitu ‘Nyong Cinta Tegal’ dan ‘Ana Crita Ana Kanda’ yang dinyanyikan oleh salah satu calon Walikota Tegal periode 2009-2014.
“Kehidupan saya saat ini total untuk album Tegalan. Saya bangga menjadi warga Tegal dengan budaya lokalnya,” ujar Dhimas yang pernah ngangsu ilmu pada composer Ully Siregar Rusadi hingga dirinya bisa baca tulis notasi musik.
Menurut dia, totalitas dirinya suntuk pada Tegalan karena ia melihat akhir tahun 70-an, pencipta dan penyanyi Najeeb B berjalan sendiri dijalur lagu-lagu Tegalan yang banyak mengadopsi lagu-lagu India. Dhimas merasa tergugah untuk menemani Najeeb dalam memperjuangkan lagu-lagu daerah Tegal.
“Saya melihat Najeeb berjalan sendirian. Saya pun bangkit untuk bersama-sama memperjuangkan lagu-lagu Tegalan agar menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Saya tidak mau daerah Tegal terus-terusan ‘dijajah’ lagu-lagu dari daerah lain,” pungkas Dhimas
(KZ/LS)


.

Tidak ada komentar: