Rabu, 14 Januari 2009

LANANG SETIAWAN PEROLEH PENGHARGAAN SENI 2008


Redaktur Budaya NP
Dapat Penghargaan Seni

ALHAMDULILLAH, besok aku ke Taman Mini.
Mau diberi penghargaan seni oleh Pemkot Tegal.

BEGITU tulis Redaktur Budaya Nirmala Post, Lanang Setiawan melalui SMS pada Sabtu (18/10) pagi sebelum ia berangkat ke Jakarta bersama rombongan duta seni Kota Tegal. Dikatakan Kepala Dishubparsenbud, Sumityo Sip, dari sembilan nominator hanya enam seniman yang mendapat undangan untuk berangkat ke Taman Mini.
"Enam seniman itulah yang memperoleh penghargaan itu," jelas Sumito kepada Nirmala Post, Jumat (17/10) melalui telpon. Kemudian via SMS, Minggu (19/10) siang Lanang menjelaskan, ada enam seniman untuk lima jenis penghargaan. Yaitu Ki dalang Sarjono sebagai Penggiat Seni Pedalangan, Sulaiman Dito sebagai Penggiat Seni Lukis, Lanang Setiawan sebagai Penggiat Seni Tegalan, Yono Daryono dan SN Ratmana mendapat Pakarti Seni dan Piek Ardijanto (alm) mendapat Bintang Putra Seni.
"Sulaiman Dito tidak hadir, penerimaan penghargaan diwakili oleh Ketua Dewan Kesenian Tegal, Ki Barep. Sedangkan penghargaan kepada Pak Piek (alm) diwakili menantunya, M Iqbal," jelas Lanang.
Menurutnya, penghargaan seni diserahkan Walikota Tegal, Adi Wanarso dalam rangkaian Pagelaran Seni Budaya dan Pameran Produk Unggulan serta Halal Bihalal Pemda Kota Tegal dengan Ikatan Keluarga Besar Tegal (IKBT) Bahari Ayu Jakarta, Minggu (19/10) di anjungan Jawa Tengah TMII. Penghargaan itu tidak lepas dari perhelatannya di dunia kesenian khususnya seni Tegalan. Jika ditilik dari koleksi karyanya, Lanang memiliki ragam karya, baik sastra maupun suara. Seperti Kumpulan puisi Tegalan berjudul 'Nggayuh', novel bahasa Tegalan berjudul 'Oreg Tegal', kini novel itu menjadi cerbung di tabloid Suaka Brebes, naskah sandiwara radio berbahasa Tegal berjudul 'Tegal Bledugan'. Kecuali itu Lanang juga menulis naskah drama yang sudah dibukukan di antaranya berjudul 'Lenggaong', 'Ken Angrok Gugat', 'Surti Gandrung' dan 'Ni Ratu'. Sementara album lagu Tegalan direkam atas biaya sendiri (indilabel) berjudul 'Lagi Kedanan' (2002), 'Rika Tega Enyong Tega' (2002), 'Tragedi Jatilawang' (2004) dan dua lagu Tegalan yakni 'Apus Asmara' dan 'Manuk Blekok' masuk dalam album remix Anyar Tegalan produksi Doble R, Jakarta (2000). Teranyar satu lagu berjudul 'Gendul Oclak- Aclik' direlease dalam album Pantura Tegalan 4 (2008) produksi Ariwani record. Ia juga pernah mendirikan Teater Swadesi, tabloid Kontak, Porem, Literasi, Muara Sastra, Jurnal Tegal Tegal dan tabloid Tegal Tegal. Menurutnya, itu merupakan tabloid pertama di Tegal tahun 1998. Karya lainnya, berupa penerjemahan sajak WS Rendra berjudul 'Nyanyian Angsa' ke dalam bahasa Tegalan menjadi 'Tembangan Banyak'. Puisi panjang itu pernah dibaca Bupati Tegal Agus Riyanto dalam acara Jed-jedan maca Puisi Tegalan bersama Adi Winarso, Ketua DPRD Tegal Ghoutsun dan para seniman Tegal. Kemudian dibacakan kembali oleh Agus Riyanto di warung Apresiasi Bulungan Jakarta. Lanang juga menulis buku 'Jalan Panjang Teater' dan 'Sastra Tegal', 'Tegal Dugal' (Catatan Reformasi di Tegal), novelette 'Sibeng', serta pernah mendapat gelar Man of The Year 2004 untuk seniman Tegal. Kini ia sedang mengerjakan memoar tentang perjalanan berkeseniannya berjudul 'Lanang Pengendara Badai'.
"Dalam artian badai kreatif yang ditulis sebanyak 500 halaman," kata pemilik prinsip hidup sing penting bergerak, beberapa waktu lalu. Selain itu, sebagai penulis tetap Anehdot Tegalan di Harian Nirmala Post sejak tahun 2008 hingga sekarang KZ


KETERANGAN GAMBAR - Lanang Setiawan saat menerima Penghargaan Seni 2008 di TMII.



Tidak ada komentar: