Sabtu, 22 November 2008

Mengenal Seniman Dwi Ery Santoso


Dwi Ery Santoso

Kesenian Sebagai

Penyeimbang Kecerdasan


Ide sekolah gratis, harus dimaknakan dengan tidak menghapus pemberdayaan masyarakat di sektor pembiayaan. Sekecil dan seringan apapun peran masyarakat, itu akan mendukung pencepatan mutu peningkatan pendidikan secara utuh. “Dalam mengelola pendidikan sekarang ini, yang terpenting adalah transparasi berbagai pihak. Artinya, semua elemen punya tanggungjawab terhadap kemajuan dunia pendidikan, termasuk soal biaya,” kata Kepala SD Negeri Tegalsari 8 Kota Tegal, Dwi Ery Santoso di rumahnya Jalan Cinde Nomor 45, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Sabtu (22/11) kemarin.

SETIAP laku adalah kesaksian. Kalimat itu mengiringi perjalanan hidupnya sebagai pendidik hingga akhirnya menjadi kepala sekolah, yang tak lepas dari kegiatan berkesenian yang sudah ditekuni sejak masih sekolah. Selain teater dan musik, semasa kanak-kanaknya, bakat melukis Dwi Ery Santoso yang akrab disapa Ery ini, pernah membuahkan prestasi pada Hari Nelayan Nasional tahun 1967.

“Meskipun masih secara setengah-setengah, sejak anak-anak memang saya suka berkesian. Waktu itu bakat yang menonjol adalah seni lukis. Kalau menulis puisi atau ceritera, baru saya lakukan setelah menginjak di bangku SMP. Baru saat saya menjadi siswa SPG, bakat seni saya mulai merambah dunia teater,” kata pendiri sekaligus ketua Teater Massa Hisbuma.
Dari panjangnya catatan perjalanan berkesenian Ery, sampai ketika dia harus menjadi seorang pendidik, keduanya selalu saling bersinggungan. Antara kesenian dan tugasnya sebagai seorang pendidik, selalu beriringan, seirama saling menunjang satu-sama lainnya.

“Pada dasarnya, kesenian itu tidak akan lepas dari dunia pendidikan. Kesenian sangat dibutuhkan dalam pendidikan, karena selain sebagai penyeimbang ilmu eksa, juga idealnya seorang siswa dibekali kecerdasan yang lain seperti kecerdasan sosial, agama dan seni. Sehingga yang akan terjadi, perkembangannya bisa menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri,” ujar kepala sekolah yang pernah mengantar SDN 8 Tegalsari sebagai Pemenang Seleksi Konfrensi Nasional Komite Sekolah di Cipayung, Jabar tahun 2007 kemarin.
Keberhasilannya mengantar komite sekolah di SD yang dia pimpin, tentu saja tidak lepas dari pandangannya tentang dunia pendidikan. Menurut Ery yang pernah menjadi peserta Seminar Nasional Best Praktis Pengelolaan Sekolah di Cipayung, Jabar tahun 2007 dan 2008 itu, bahwa dalam mengelola pendidikan sekarang ini yang terpenting adalah transparasi berbagai pihak. Artinya, semua elemen punya tanggung jawab terhadap kemajuan dunia pendidikan, termasuk menanggung bersama biaya pendidikan.
“Tentang ide sekolah gratis, harus dimaknakan dengan tidak menghapus pemberdayaan masyarakat di sektor pembiayaan. Sekecil dan seringan apapun peran masyarakat, itu akan mendukung percepatan mutu peningkatan pendidikan secara utuh,” ujar teaterawan yang memberikan pelatihan teater di lima sekolah. Ery juga piawai dalam melatih siswa membaca puisi, sehingga dari sekian banyak siswanya, sudah mengorbitkan tujuh legenda pembaca puisi tingkat lokal dan Jateng.
Untuk mewujudkan pencepatan mutu pendidikan, lanjut Ery, perlu digalakkan pengembangan ekstrakulikuler, kelengkapan perangkat, alat pembelajaran dan pembinaannya, karena aspek kopentensi harus benar-benar realistis terhadap pencapaian target kurikulum di seluruh mata pelajaran.

“Selama ini yang benar-benar kopentensi baru mata pelajaran yang di ebtanaskan. Nah untuk mencapai target itu, dibutuhkan kesinergisan seluruh stake holder sekolah. Tentu saja dengan menggerakkan fungsi-fungsi komite sekolah, terutama fungsi pertimbangan, memberi support dan pengawasan. Selama ini hal itu belum dijalani, termasuk pembekalan kepada siswa kecerdasan yang lain seperti kecerdasan sosial, dan berkesenian,” papar pria berkumis yang dilahirkan di Tegal, 21 September 1957.
Pendek kata, lanjut Ery, kepala sekolah sebagai manajer dan motivator harus bisa memacu komite sekolah agar mampu mengajak masyarakat tetap menyumbang biaya pendidikan sekecil dan seringan apapun. Selain itu, satu hal yang penting, kepala sekolah mampu mendorong pencapaian dengan meningkatkan program-program ekstrakulikuler di bidang psykhomotorik dengan forum praktek, baik mata pelajaran ketrampilan, kesenian, olahraga dan pramuka. Sekolah yang berkembang, adalah yang mampu meningkatkan jalinan kerja sama dengan institusi pendidikan yang lain, misalnya perguruan pencak silat, lembaga pendidikan komputer, serta pelatihan-pelatihan kesenian diantaranya teater, baca puisi.
“Siswa yang pandai dalam mata pelajaran, belum tentu pandai bicara ketika menghadapi banyak orang. Namun ketika sejak dini siswa terlibat dalam kegiatan kesenian, misalnya teater, siswa tersebut telah terlatih untuk percaya diri, serta tidak canggung lagi menghadapi banyak orang. Siswa yang pandai baca puisi, dia akan terlatih bicara di depan umum, tentu saja dengan bahasa yang halus,puitislah,” ungkap Ery yang sudah menerbitkan Antologi Puisi Muara Bercahaya’ tahun2005 dan Antologi Puisi Tegalan ‘Brug Abang’ tahun 2007. Dia juga sudah menyutradarai tidak kurang dari 41 pentas teater, bersama Teater Massa Hisbuma yang didirikannya pada tahun 1986. Prestasinya di teater menghantar pula sebagai Sutradara Terbaik II se Eks Karesidenan Pekalongan dan Banyumas, dan Pemeran Utama Pria Terbaik II se Eks Karesidenan dan Banyumas tahun 1985.
Kiprah berkesenian Ery memang tidak diragukan lagi. Eksistensinya memajukan dunia pendidikan, pun dilakukan terus-menerus tanpa ada kata lelah. Di SDN Tegalsari 8 Kota Tegal yang dia pimpin, ukiran prestasinya menjadi bukti semangatnya. Pertama dia masuk sekolah itu, dilemari kaca hanya berjajar tujuh piala. Tapi sejak dia memacu anak didiknya dengan pendekatan estetika seni, lebih dari 30 piala dari berbagai bidang sudah berjajar memenuhi lemari kaca tersebut.
Jadi kematangan Ery dalam berkesenian, bukan karena karbitan yang muncul mendadak atau karena dipaksakan. Di tahun 1975, ketika dia masih tercatat sebagai siswa SPG Negeri Tegal, tergolong aktif dalam kegiatan seni sehingga dia menjadi motor bangkitnya teater sekolah. Itu dibuktikan, sekolahnya selalu menjadi juara festival teater SPG se Karesidenan Pekalongan. Bukan hanya itu, dalam bidang musik dia juga mampu mengukir prestasi, sehingga dari eksistensinya berkesenian, dia mendapatkan beasiswa Sipersemar melalui Bakat dan Kreatifitas siswa.
Namun semenjak menyandang profesi sebagai pendidik di usianya yang relatif muda, selain terus berkesenian Ery juga aktif di berbagai organisasi kepemudaan, diantaranya pengurus di MPC Pemuda Pancasila dan pengurus DPD II KNPI Kota Tegal. Aktifitas keseniannya terus dikembangkan, salah satunya sebagai pengasuh acara sastra di Radio Anita FM dari tahun 1987 sampai 1997, dan penggiat Studi Grup Sastra dan Teater Tegal.
Dipilihnya seni teater sebagai fokus eksistensinya, menurut Ery yang sejak tahun 1999 menjadi Ketua Komite Seni Teater Dewan Kesenian Kota Tegal sampai sekarang, karena bidang seni teater mampu mengakomodir semua jenis kesenian maupun organisasi dan manajemen. Dengan pemikiran semacam itulah, Teater Massa Hisbuma yang ber-basecamp di Kampung Mangundipuran, Kelurahan Mintaragen adalah buah manis yang prestasinya terus melambung sampai sekarang. “Kekerabatan dan primodialisme di perkampungan membuat terater kami lancar berproduksi, karena lebih terimbas ke dalam nuansa teater rakyat. Namun karena faktor usia para pendukungnya, maka untuk menghindari stagnan terjadilah tambal sulam pergantian pemain. Kami selalu melakukan kaderisasi, termasuk melakukan simbiose mutualistis terhadap perkembangan pembinaan teater pelajar,” tutur Ery yang pada hari ini, Senin (24/11) melakukan lawatan pembacaan puisi tegalan di TRSS Semarang dan Selasa (25/11) besok di TBS Solo (SL. Gaharu)



Nama: Dwi Ery Santoso
TTL: Tegal, 21 September 1957
Alamat: Jalan Cinde Nomor 45 Kelurahan Tegalsari, Kota Tegal.
Pekerjaan: Kepala SD Negeri Tegalsari 8 Kota Tegal.

Pendidikan:
SDN 19 Kota Tegal (lulus 1970)
SMP Ihsaniyah Kota Tegal (lulus 1974)
SPG Negeri Kota Tegal (lulus 1977)
PGSD UPBJJ Semarang (lulus 1997)
S1 Unnes Semarang Fakultas Ilmu Sosial: Pendidikan Sejarah (lulus 2004)

Pengalaman Organisasi:
Ketua Komisi Manajemen, Humas dan Komunikasi DPD II KNPI Kota Tegal (1996-sekarang). Ketua Komite Seni Teater Dewan Kesenian Kota Tegal (1999-sekarang). Ketua Seni Budaya MPC Pemuda Pancasila (PP) Kota Tegal (2001-sekarang). Pendiri/Ketua Teater Massa (1986-sekarang). Ketua Forum Silaturahmi Alumni SPG Negeri Tegal (1997-sekarang)

Penghargaan:
Lomba Puisi Heroik di Semarang (1983). Sutradara Terbaik II se Eks Karesidenan Pekalongan dan Banyumas (1985). Pemeran Utama Pria Terbaik II se Eks Karesidenan dan Banyumas (1985). Pentas Apresiasi Seni Jateng di Kota Tegal (1996). Jambore Nasional tingkat Nasional (1996). Lomba Sandiwara Berbahasa Jawa Tingkat Nasional (1997). Lomba Seni Teater Bengawan Solo Fair tingkat Nasional (1998). Penyuluhan dan Work Shop Terater Anak tingkat Nasional (1999). Pesta Siaga tingkat Nasional (1999). Festival Teater Apresiasi Seni Budaya tingkat Nasional (2002). Juri Festival Musik Jalanan se Eks Karesidenan Pekalongan (2004). Lencana Pancawarsa V tingkat Nasional (2004). Lencana Pancawarsa VI tingkat Nasional (2008). Pelatih KMD tingkat Kota Tegal (2006 dan 2007). SDN 8 Tegalsari sebagai Pemenang Seleksi Konfrensi Nasional Komite Sekolah di Cipayung, Jabar (2007). Peserta Seminar Nasional Best Praktis Pengelolaan Sekolah di Cipayung, Jabar (2007 dan 2008).

Karya dan Prestasi:
Puisi-puisinya terhimpun dalam Parade Puisi tiga kota, Tegal, Yogyakarta dan Jakarta. Antologi Puisi Heroik terbitan Keluarga Penulis Semarang (1992). Antologi Puisi ‘Nelayan Nelayan Kecil terbitan Teater Massa Hisbuma (1999). Antologi ‘Jentera Terkasa’ dalam Puisi 2000 terbitan Dewan Kesenian Jawa Tengah (2000). Antopologi Puisi ‘Potret Reformasi dalam Puisi Tegalan' terbitan Jurnal TEGAL TEGAL (2000). Antologi Puisi ‘Juadah Pasar’ bersama 52 penyair Tegal (2002). Kumpulan puisi ‘Mimbar Penyair Tegal’ (2005). Kumpulan Puisi ‘Penyair Angkatan TEGAL TEGAL’ (2006). Antologi Puisi ‘Muara Bercahaya’ karya Dwi Ery Santoso (2005). Antologi Puisi Tegalan ‘Brug Abang’ (2007). Membaca puisi tegalan di TMII Jakarta (2008). Juara I Lomba Penulisan Naskah Sandiwara Berbahasa Indonesia tingkat Jawa Tengah (2007). Lawatan pembacaan puisi tegalan di TRSS Semarang dan TBS Solo (2008). Menyutradarai tak kurang 41 lakon teater produksi Teater Massa Hisbuma.

Motto: Setiap laku adalah kesaksian, kepedulian terhadap sosialisasi kebersamaan untuk kesenian.

Tidak ada komentar: