Kamis, 06 November 2008

MASJID KUBAH EMAS Bagian SATU


Membangun Kawasan
Masjid Kubah Emas, Duwité Sahahahaha…

SABTU 18 Oktober 2008 lalu, aku berkesempatan pergi ke Jakarta untuk menerima Penghargaan Seni dari Pemkot Tegal bersama lima seniman lainnya. Penghargaan tersebut akan diberikan bersamaan dengan pentas seni para seniman Kota Tegal di anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah.
Pada hari Sabtu pagi itu, kami rombongan seniman tari, lawak, wartawan, penyanyi, jajaran pegawai Infomas, beberapa karyawan Dinas Perhubungan Pariwisata dan Seni Budaya (Dishubparsenbud) Kota Tegal, berangkat menuju TMII dari halaman Dishubparsenbud menggunakan bus pariwisata ‘Tegal Indah’ dengan Nopol G1423BE. Sekitar pukul dua siang, kami tiba di tanah Betawi tapi tak langsung ke TMII, melainkan menuju Kota Depok dengan tujuan Masjid Kubah Emas. Lokasi itu pernah aku dengar ketika aku melansir berita ijab kabul Annisa Trihapsari dalam penikahannya ke tiga kali bersama Sultan Jorgi. Aku berkesempatan melansir berita itu karena posisiku sebagai redaktur budaya ‘Senibritis’ pada harian Nirmala Post. Aku tak mengenal betul apa yang menarik dari sekadar kubah? Di daerah Talang, Kabupaten Tegal, banyak kubah masjid diproduksi. Aku tak heran melihat benda-benda itu, sekadar berbentuk jajanan ‘bogis poci’ yang banyak didasarkan di pasar tradisional. Apa yang menarik dari kubah emas?
Kamu jangan melihat kubah emasnya saja. Tapi lingkungan dan bangunan yang ada di sekitarnya itu, belum pernah kita temui. Kowen wis tahu maring Masjid Nabawi di Medinah? Durung kan? Nah, kowen bisa weruh dingin tiruané sadurungé maring Medinah. Aja watir, kowen bakal takjub, lebih lagi kawasan artistik itu dibangun dan dimiliki oleh satu orang. Duwit sing nggo mbangun sahahaha…” ujar penyair Dwi Ery Santoso yang duduk sebangku denganku saat bus rombongan meluncur ke jalan Meruyung, Kelurahan Limo Kecamatan Cinere, Depok.
Apa yang dikatakan Ery, betul juga. Jiwaku seakan tersedot oleh getaran kemegahan penuh pesona. Belum pernah aku jumpai estetika ornament-ornamen sedasyat itu, apa lagi di daerahku Tegal dan sekitarnya. Daerah Masjid Kubah Emas sangat menajubkan bak oase di padang pasir. Betul juga kalau selebritis Annisa Trihapsari dan Sultan Jorgi kepencut ijab kabul pernikahannya di masji ini.
Kami tiba di kawasan itu jelang adzan ashar. Pertamakali aku melihat gerbang pintu masuk kawasan itu bercokol kokoh dengan bentuk bangunan raksasa khas pintu gerbang kraton raja-raja Jawa. Dari pintu kaca bus, kulihat pucuk kubah masjid belapis emas berkilauan. Warna emasnya berbedar-bedar dari kejauhan. Bus rombongan terus merayap masuk ke dalam. Sebuah taman luas membentang di kiri jalan ditumbuhi pepohonan rindang, pot-pot besar yang berjejer dengan penataan rapi penuh aneka bunga.
Kawasan ini agaknya dipersiapkan oleh pemiliknya untuk daerah wisata yang menjanjikan. Tidak hanya kubah masjid yang berlapiskan emas 24 karat, melainkan penataan lingkungan, ornamen-ornamen yang ada di masjid, kemegahan bangunan di sekitar lingkungan itu, merupakan sebuah kolaborasi dari berbagai Negara tidak hanya berasal dari Timur Tengah, tapi agaknya mengusung juga bentuk bangunan dari kawasan Eropa.
Ketika bus rombongan kami berparkir di tempat yang lapang, aku terpaku melihat bangunan masjid yang kokoh, dan angkuh seperti raksasa dengan motif dan ornamen mencengangkan. Bahan-bahan material masjid ini didatangkan dari Negara-negara luar yang pembangunannya ditangani oleh tenaga professional dari luar negeri dan memakan biaya miliaran rupiah.
Mataku tak henti-hentinya mendongak ke atas memandangi kubah emas yang bertengger di atas bangunan masjid. Kubah emas itu ada lima buah, paling besar berada di tengah-tengah seperti kepala raksasa berdiri tegak. Ia kokoh, anggun, angkuh, dengan kecantikannya bak mayoret yang gagah mempesona tak terkatakan. Ia pun hanya mau bergaul dan bercengkerama dengan mega-mega.
Bentuk kubah utama menyerupai kubah bangunan Taj Mahal di India bertinggian 25 meter, diameter tengah 20 meter dan diameter bawah 16 meter. Empat kubah lainnya bertinggian 8 meter, diameter tengah 7 meter dan diameter bawah 6 meter. Seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 hingga 3 milimeter. Lima kubah itu melambangkan Rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik kristal dan interiornya didominasi warna monokromatik dari krem ke salem. Material yang digunakan adalah marmer dari Turki sedang ornamennya menggunakan marmer berwarna hitam dan warna emas dengan langgam arsitektur berupa motif belah ketupat dan segitiga khas Islam.
Di sudut-sudut masjid berdiri enam menara berbentuk heksagonal (segi enam) dengan tinggi sekitar 40 meter. Menara-menara itu menjulang lebih tinggi dari kubah-kubah emas, seolah pasukan keamanan yang membentuk pagar betis, berjaga-jaga mengawasi setiap gerakan kecil pengunjung. Keenam menara itu dibalut batu-batu granit abu-abu dari Itali dengan ornamen melingkar. Pada puncak menara terdapat kubah dilapisi emas pula, melambangkan jumlah Rukun Iman (LS )

GAGAH dan KUKUH -Tampak kemegahan Masjid Kubah Emas di Depok, berdiri dengan gagah, kukuh, dan juga julangan menara di sisi-sisinya mencitrakan symbol kemegahan Islam.

Tidak ada komentar: