Senin, 27 April 2009

PEDANGDUT HARUS KEMBALI PADA JATIDIRI


Pedangdut Harus
Kembali pada Jatidiri

Musikus dangdut harus kembali pada jatidirinya dan eksistensinya sebagai pemusik. Musik instan semacam itu kudu di tinggalkan sesegera mungkin. Ini era musik hidup bukan lagi organ tunggal.

SELAMA dasawarsa ini, jenis pertunjukan musik dangdut di ranah hajatan kampung dan kota, dirasa telah bringas menindas dengan munculnya jenis musik organ tunggal. Musik instan yang cukup simpel itu menyebabkan group dangdut di mana pun gulung tikar tanpa ampun. Kondisi semacam itu dinilai tidak fair dan mencidrai pertumbuhan kesenian secara manual.
Adalah Jalil Sudirman, vokali dari Kelompok Musik Sastra Warung Tegal itu, berontak agar hal itu segera dihentikan. “Musikus dangdut harus kembali pada jatidirinya dan eksistensinya sebagai pemusik. Musik instan semacam itu kudu di tinggalkan sesegera mungkin. Ini era musik hidup bukan lagi organ tunggal,” kata Dirman panggilan akrabnya.
Berangkat dari pemikiran itu, Dirman kemudian mengumpulkan anak-anak dari jebolan kelompok Dangdut Pesisir Java Group. Dia mengontak mereka untuk bersama-sama bangkit setelah berbilang tahun tiarap dari ranah bermusik dangdut agar segera eksis.
“Mereka ternyata menyambut baik dengan gagasan saya. Mereka sepakat untuk kembali bermusik secara alami. Tidak mengandalkan lagi pada kecangihan tehnologi musik digital” papar Dirman yang ditunjuk oleh teman-teman sebagai ‘Kepala Suku’ Dangdut Pesisir Java Group.
Bagi Dirman, kebangkitan bermain musik hidup yang dia lakukan itu, dinilai sangat tepat senyampang munculannya group-group band anak muda dengan bertebarannya rental-rental musik dewasa ini. Hal itu menjadikan dia bertambah yakin bahwa di Tegal bakal bermunculan lagi group-group dangdut seperti sediakala.
“Di Kota Tegal, dulu pernah ngetop orkes melayu seperti adanya Ramcandra pimpinan Salim, Gembira pimpinan Tukiman dan juga M. Yasid. Kemudian pada Orkes Melayu Kenangan Masa pimpinan M. Hudi Nur, Ambisi 88 pimpinan Slamet, Kresna pimpinan Sadi, dan masih banyak lagi seperti Maya Group, Asofi, Gelora, dan Buana…”
Tidak berlebihan kalau Dirman Cs kemudian berupaya keras untuk mengembalikan kejayaan group-group dangdut yang pernah subur di wilayah Kota Tegal.
“Masyarakat Tegal, sudah saatnya mendapat suguhan musik hidup. Bukan lagi dinina bobokan dengan organ tunggal atau semi organ tunggal,” tandas Dirman.
Keputusan Dirman dengan mengembalikan eksistensi musik hidup dipandang cukup tepat. Karena itu dia tak mau serampangan untuk mengundang dan memilih orang-orang berpengalaman di bidangnya. Maka formula tersusun anggotanya benar-benar dengan seleksi ketat. “Saya tidak mau asal comot. Mereka yang saya ajak di group saya harus sudah berpengalaman dan punya dedikasi tinggi terhadap kemajuan seni dangdut” tegasnya di sela-sela latihan dalam persiapan pentas di Gedung Kesenian Kota Tegal.
Akhirnya, susunan formula pada groupnya itu; Toat Katono pada melodi, Khairil Bazar pada bass, Jungkat Prayago pada rythem, Unji Manual dan Iwan Tole pada keybord, Agus Rumangsa pada kendang, Jaelani pada suling, dan Warak Rakasiwi pada tamborin. Untuk vocalis Jalil Sudirman merangkap sebagai ‘Kepala Suku’.
Menurut Dirman, groupnya pada tahun Tahun 1995 pernah menjadi Juara I pada tingkat Jawa Tengah (LS)

Tidak ada komentar: