Jumat, 19 Juni 2009

HOBI B ACA WIJABARTO



Hobi Baca, Wijanarto
"Koleksi Buku Saya Hanya 3000 Buah"


IBARAT kamus berjalan, begitulah Wijanarto. Dimanapun pria satu ini berada, diajak bicara persoalan apa saja akan leluasa menganalisa dan berargumen. Istilah-istilah asing membuncah nyelip disana-sini. Ketika Nirmala Post bertemu untuk sesi wawancara, Jumat (19/6) di kantornya, Dewan Pendidikan Kabupaten Brebes, tak tertinggal begitu banyak serapan kata asing, kata-kata ilmiah keluar dari mulutnya. Rupanya ia bisa bicara sekelas kaum intelek berawal dari hobinya membaca buku. "Saya terbiasa membaca buku," begitu cetus Sekretaris Dewan Pendidikan Kabupaten Brebes, kelahiran Tegal, 27 Agustus 1971, yang menurutnya istilah-sitilah asing yang rumit diucapkan itu keluar secara reflek dari memori otaknya.
Memang diakui, ia termasuk orang yang maniak membaca buku. "Koleksi buku saya hanya 3000 buah," bebernya. Buku yang ia beli itu meliputi buku sastra, ideologi agama, kebudayaan dan sejarah. "Hampir sebulan saya selalu beli tiga buku," imbuhnya.
Hobi membaca buku itu terdorong dari rasa keasyikan melahap buku Soekarno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams seorang wartawati Amerika yang dikoleksi Pakdenya semasa SMP. Ia juga melahap buku Naga Sasra & Sabuk Inten sebanyak 29 Jilid karya SH Mintardja. Merasa keasyikan membaca, lama-lama ia berkeinginan membeli buku sendiri. Makin merajalela nafsu membeli buku itu ketika kuliah. "Saya melihat seorang teman kuliah yang setiap bulan pasti beli buku. Maka, saya berupaya meniru dia. Sampai-sampai saya harus makan kluban demi mengirit uang saku yang pas-pasan untuk beli buku," kenangnya. Ia yang pernah menjabat sebagai ketua senat, diuntungkan pula dapat makan gratis bila menggelar acara seminar dan sebagainya. Sehingga beli buku tiap bulannya dapat terwujud. Nyaris buku-buku fenomenal seperti Tetralogi novel Bumi Manusia karya Pramudya Ananta Toer, Goodfather karya Mario Puzzo, Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Old Man and The Sea karya Ernest Hemingway, komik Mahabharata karya RA Kosasih, The Last Emperor karya Bernando Bertolluci, Catatan Seorang Demonstran karya Soe Hok Gie sudah ia lahap semua.
"Jika dulu waktu kuliah saya sering kekurangan uang untuk beli buku, sekarang kekurangan waktu untuk membaca buku. Karena setiap ada buku baru saya beli, sampai kewalahan membacanya satu persatu," jelasnya.
Disamping buku-buku berat, yang belum banyak diketahui, ia rupanya getol membaca buku komik Dragon Ball,Tin-Tin dan Put On sebagai selingan dikala jenuh. Hobi lain pria berkacamata minus ini menonton film dan main teater. Dari banyaknya membaca buku itu, bakat menulisnya pun terasah dan teruji. Buku yang sudah ia buat antara lain Dari Kondektur ke Direktur (Biografi Muhadi Setyabudi) bersama Atmo Tan Sidik dan M Supardji Rasban, Esai Foto Catatan Tentang Kota Kelahiranku bersama Sureali Andi Kustomo, Biografi Adi Winarso bersama Tim Akademi Kebudayaan Tegal, Pers dan Otonomi Daerah bersama Tim Matarindo Brebes, ikut dalam Antologi Puisi Tegalan Ngranggèh Katuranggan dan Editor buku Antologi Penyair Brebes, Dewan Kesenian Brebes serta tulisan lepas di media massa (EK/LS)

MEMBACA BUKU - Wijanarto membaca buku sebagai hobi yang ditekuninya sejak kecil hingga kini, menjadikan dia kaya ilmu dan menelorkan sejumlah buku serta laris sebagai pembicara, moderator, maupun pembawa acara di berbagai forum seminar (Foto NP: Lanang Setiawan )

Tidak ada komentar: