Minggu, 09 Agustus 2009

TAMBARI GUSTAM dan SEABREK AKTIVITAS

Tambari Gustam dan Seabrek Aktivitasnya

KIPRAH H. Tambari Gustam sebagai penggerak budaya, melesat tidak cuma di dunia puisi, teater, lawak, tulis menulis, dan pemain film, tapi juga menjadi sosok penyampai kritik ternama yang berpengaruh saat dia memimpin demo, mendobrak kezaliman. Figur yang bisa kemana-mana dan ada dimana-mana ini, sering menjadi Tambari Gustam sebagai tempat mengadu dan tumpuhan dari seabrek strata sosial dan sekelompok orang yang berkepentingan.
Sebagai penulis puisi, ia banyak melahirkan sajak protes yang kerap kali dikemas dengan bait-bait pantun atau wangsalan tegalan. Muatan sosial dan nilai kesalehan menjadi pijakan saat dia menulis puisi. Sajak dia terangkum pada banyak antologi dan tersebar di media lokal. Ia mengaku menulis puisi karena dorongan hati nurani yang tidak rela melihat situasi yang karut-marut. “Jiwa saya sering termotivasi untuk menulis puisi protes saat melihat ketimpangan sosial yang menganga, dan kesewenang-wenangan,” katanya.
Tambari yang lahir di Tegal pada tanggal 18 Oktober 1964 itu memang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Sebagai aktor lawak, ia pernah mengisi acara guyonan yang dikemas dalam ‘Obralan Santai (Obras)’ bersama Ki Slamet Gundono dan Agus Salim di radio RCA Tegal dari tahun 1995-1997. Acara tersebut menjadi acara unggulan karena memiliki daya sengat yang membuat para pendengar terpingkal-pingkal dengan rentetan wangsalan Tegalan yang melucu meluncur dari mulut mereka, saat acara itu mengudara.
Wangsalan-wangsalan Tegalan yang kerap diudarakan itu, oleh Tambari sempat dibukukan dalam kumpulan berjudul Pantun Warteg. Dalam buku tersebut, seorang Remy Silado bahkan berkenan memberi pengantar dan dia sangat berkesan dengan upaya Tambari mengumpulkan pantun-pantun yang bermuatan lokal jenius. Secara khusus, Remy Silado menulis bahwa kumpulan pantun Tegalan itu menjadi buku yang sangat penting sebagai kekayaan Tegal dan perlu dimiliki. Ia pun membukukan kumpulan tulisan anehdotnya berjudul Guyon Gustam dalam Wacana Politik Lokal. Dan dua karyanya yang mendapat penghargaan dari Kepala Pusat Perbukuan Indonesia berjudul Kami Cinta Indonesia dan Selamatkan Pantai Kita.
Sebagai pemain teater dan film, juga tak diragukan. Ia pernah main dibayak lakon teater. Di Teater RSPD tampil di lakon Qasidah Berzanji dan Ki Gede Sebayu sebagai pangeran Benowo versi ketoprak dengan sutradara Yono Daryono. Juga main teater bersama Teater Mbeling pimpinan Remy Silado dalam lakon Gita Cinta Anak SMA, main drama Selendang Sutra, sebagai aktor sekaligus sutradara, dan main sandiwara radio Sangkuriang Kesiangan. Sementara di Teater Massa Hisbuma main di lakon Patung Kekasih karya Emha Ainun Nadjib sutradara Dwi Ery Santoso, termasuk menjadi pemain dilakon Sebayu Gugat dan Pengadilan Sastra Chairil Anwar karya Eko Tunas.
Kegilaannya pada pembacaan puisi membawa Tambari tak segan melakukan lawatan budaya ke kantong-kantong budaya bersama Dwi Ery Santoso, diiringi kelompok Musik Wayang Sastra Balo-balo yang dia pimpin. Baca sajak spektakuler berbahasa Tegalan pada acara ‘Jèd-jèdan Maca Puisi Tegalan’ di Gedung Kesenian Tegal dan di ‘Wapres’ Bulungan, Jakarta, dia lakukan dengan membawakan puisi terjemahan karya WS. Rendra berjudul Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta yang dipremak habis-habisan menjadi Dadiya Siji Tlembuk-tlembuk Kota Jakarta. Ia melakukan pembacaan sajak terjemahan itu bersama Bupati Tegal Agus Riyanto dan para pentolan seniman Tegal lainnya. Begitu juga dia berkali-kali melakukan pentas drama bebahasa tegalan di Taman Mini Indonesia indah dengan menggelar lakon Mantu Poci, Lupit Slenteng Badanan, Sumadi Semedi, dan Matoloyo Matopuro. Sementara itu, sebagai pemain film ia pernah main di film Laut Aku Kembali, Ikan Sisa-sisa (produksi Bagian Humas dan Protokol Pemkot Tegal), dan Sinar Lembayung produksi film negara sebagai aktor.
“Di film garapan Limbad, saya pun didapuk sebagai tokoh Pangeran Benowo dalam film berjudul Mentari di Tlatah Tegal,” katanya.
Ada yang bilang, Tambari adalah figur yang tak pernah lelah beraktivitas di berbagai bidang. Semua bidang dimasuki, karena dia mampu bermain dengan kesungguhan yang dimiliki. Jarang sekali orang bisa berperan seperti dia dengan seabrek kegiatan. Sekali waktu dia masuk di wilayah kesenian, pada lain kesempatan dia bergerak menjadi tokoh pendemo. Tapi menurut dia, semua itu dijalani bukan dengan atas dasar dendam atau pun nafsu, melainkan rasa ingin melihat negara ini berjalan dengan tatanan yang harmonis, bukan dibangun dengan kebusukan atau kesewenang-wenangan para pemegang kekuasaan.
“Niatan saya terjun sebagai pendemo, bukan didasari rasa dendam, dengki, atau semacamnya. Saya ingin para penguasa dimanapun berpihak pada rakyat, aja dumeh menjadi penguasa berlaku tanpa batas,” tandasnya.
Tak hanya dalam dunia kesenian, teater, film, dan sebagai tokoh pergerakan, dia pun ternyata suntuk juga di dunia jurnalistik. Ia mendirikan koran mingguan hingga sekarang masih eksis, dan pernah menjadi pengurus PWI Karesidenan Pekalongan termasuk dipercaya sebagai pengurus Dewan Kesenia Kota Tegal, juga ditunjuk sebagai Dewan Pembina Paguyuban Sosial Warga Tionghoa Tegal. Pada tahun 2001 bersama Agustian Nurwanda menggagas keberadaan “Bahari Taksi” di Kota Tegal. Mendirikan LSM Cordova dan MAKs (Masyarakat Anti Korupsi), dan rela pelataran rumahnya dijadikan acara kliwonan ‘Mimbar Budaya Muaratua’ sebagai ajang pementasan, seperti yang terjadi pada acara malam Tahlil dan Baca Puisi Tegalan mengenang almarhum penyair WS. Rendra pada Jumat (7/8) pukul 20.30 Wib di Jalan Brawijaya No 46 Muarareja, Kecamatan Tegalsari, kediamannya (LS)


BIODATA
Nama : H. Tambari Gustam
Tempat/Tgl Lahir : Tegal, 18 Oktober 1964
Alamat : Jalan Brawijaya No 46 Muarareja, Kota Tegal


Karya :
Komik Tegalan; Jeritan Sing Laut
Kumpulan Pantun Warteg
Kami Cinta Indonesia
Selamatkan Pantai kita
Guyon Gustam Dalam Wacana Politik Lokal
Misteri Kalisoka
Potret Reformasi Dalam Puisi Tegalan (antologi puisi)
Ngranggeh Katuranggan (kumpulan puisi Tegalan)

Film:
Laut Aku Kembali (produksi Humas Tegal)
Sinar Lembayung (produksi Nasional)
Mentari di Tlatah Tegal (produksi Limbad)
Ikan Sisa-sisa (produksi Humas Tegal)

Jabatan :
Dewan Pembina Paguyuban Sosial Warga Tionghoa Tegal.
Ketua Badan Pengawas KUD Karya Mina
Pengawas KSU Segara Biru
Penasehat Koperasi Bahari Taksi

Organisasi:
Pengurus PWI Karesidenan Pekalongan tahun 2005-2009
Pengurus Dewan Kesenia Kota Tegal (due periode tahun 2003 – 2009)
Ketua Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia)
Mendirikan LSM Cordova dan MAKs (Masyarakat Anti Korupsi)
Turut Mendirikan Kiret (Komite Refomasi Tegal) tahun 1998
Turut Mendirikan LSM Amardaya tahun 1999
Ikut Mendirikan LSM Pencinta Merah Putih Indonesia (PMPI)
Penasehat LSM Laskar Merah Putih
Forum Buruh Bersatu

Motto :
Hidup itu seperti melempar bola ke tembok, semakin keras lemparannya semakin keras pula pantulannya. Semakin saya berbuat jahat pada orang, kejahatan itu akan menimpa saya lagi. Sebaliknya semakin kita berbuat baik pada orang, kebaikan itu akan kembali kepada kita sebanyak mungkin.

Tidak ada komentar: