Kamis, 06 Agustus 2009

KARENA SAJAK WS. RENDRA, LANANG BIKIN NOVEL PENGENDARA BADAI


Karena Sajak WS. Rendra
Novel Pengendara Badai Lahir

Majikan umah tlembukan
ngomong kambèn dèwèké:
"Wis rong minggu kowen mung
bisané ngatang-ngatang
tur larané tambah ndadi
ora ngasilna pisan
kiyé nggawé mlarat tok
ngentong-ngentongna beras bibit
aku ora sanggup/saiki raimu lunga, mèrad kana"....


Itu sajak WS. Rendra yang cukup popular. Tapi oleh Lanang Setiawan sajak yang aslinya berjudul Nyanyian Angsa, dipremak habis-habisan menjadi Tembangan Banyak dalam Bahasa Tegalan. Sajak terjemahan itu pertama kali diterbitkan di media local ‘Kontak’ tahun1994.Dalam perkembangan selanjutnya, sajak tersebut kemudian diusung ke berbagai kantong-kantong budaya seperti Taman Budaya Surakarta, Indramayu, sampai kemudian Bupati Tegal Agus Riyanto membawakan puisi tersebut di Gedung Kesenian Tegal dan diundang ke ‘Wapres’ Bulungan Jakarta.Dengan dasyatnya sajak Rendra dan lawatan seniman-seniman Tegal menggeber puisi-puisi terjemahan itu, sebuah novel yang ditulis Lanang Setiawan segera hadir ditengah-tengah masyarakat. Novel yang rencananya terbit pada bulan Agustus ini berjudul Pengendara Badai. Novel ini berkisah tentang heroik lawatan para seniman Tegal dengan membawakan sajak-sajak terjemahan salah satu diantaranya sajak Tembangan Banyak yang sempat menghetak dan cukup menghebohkan dalam kazanah kesusastraan nasional.
Menurut penulis novel Pengendara Badai, Lanang Setiawan, ia mengaku lahirnya novel tersebut salah satunya dipicu oleh sajak Rendra yang diterjemahakan dalam bahasa Tegalan itu. Ia menilai bahwa sajak Nyanyian Angsa yang diterjemahkan itu memiliki nuasa kesamaan dengan kondisi di daerah Tegal. Karena sajak itu bercerita tentang seorang pelacur yang di Tegalan banyak terdapat lokalisasi.
“Terus terang saja, ilmah yang menguatkan saya menulis novel Pengendara Badai karena sajak yang ditulis WS. Rendra yang saya terjemahkan dalam bahasa Tegal,” katanya.
Dalam novel tersebut, juga dikisahkan tentang eksistensi para seniman Tegal di era tahun 50-an. Betapa gegap gempitanya para teaterawan Tegal masa itu, menggerakan kehidupan kesenian di Kota Tegal. Sampai Rendra pun kerap mampir ke Tegal dan menjuluki Tegal sebagai ‘kota yang tak pernah mati’. Ada juga kisah-kisah pilu, heroik, sekaligus sendu dalam percintaan yang dialami oleh penulisnya, bisa dinikmati dalam novel tersebut. Oleh sang penulisnya, rencananya novel Pengendara Badai bakal terbit pada bulan Agustus ini. Tunggu saja (EK)

Tidak ada komentar: