Kamis, 05 Maret 2009

B ACA PUISI, CARA INDAH MAUFUR PAMITAN


Baca Puisi Cara Indah
Maufur Pamitan Purna Tugas

WAKIL Walikota Tegal yang satu ini memiliki keunikan dan estetika berkesenian. Cara dia berpamitan, jarang dipunyai oleh pejabat lain. Dia bukannya tampil untuk berpidato penuh kata-kata berbusa, melainkan cukup membawakan sepotong puisi sarat makna. Hal itu terjadi ketika berlangsung di aula Kecamatan Tegal Selatan menggelar acara Pamitan Walikota dan Wakil Walikota Tegal pada Rabu (4/3) malam kemarin.
Di hadapan Camat beserta jajarannya dari para lurah sampai perangkat, dan anggota masyarakat, Wakil Walikota Tegal, Dr. Maufur yang pada tanggal 23 Maret mendatang menyudahi masa jabatannya, cuek-bebek membacakan satu potong sajaknya.

Penugasan itu terbatas, ada mulai ada usai
dan batas itu hampir melintas
kamipun bergegas mohon diri

Kalau toh kami nanti sampai di ujung
tiada lain karena di sana-sini saling mendukung
karenanya sebelum kami permisi
menyempatkan lebih dulu berterima kasih

Selama ini kita berhubungan
mungkin saja ada yang tak berkenan
agar silaturahmi tetap berjalan
maka segera kita saling mohon dan memaafkan

Penuh kepastian dan ketenangan dia membawakan sajak berjudul Mohon Diri. Tak ada tangis juga air mata, namun hadirin tertegun mendengar Maufur membaca sajak itu. Butiran kata-kata puisi yang dituangkan oleh Maufur dalam acara tersebut terasa tegas penuh kandungan arti. Ia bersahaja dan mengalir saat dia membawakan sajak itu dengan penuh keyakinan dan menyentuh kalbu, menyadarkan pada saiapapun yang memangku jabatan, toh pada akhirnya harus berujung di batas tepi.
Menyadari bahwa penugasan itu sifatnya fana, tidak langgeng, maka bersilaturahmi sebelum batas itu tiba, menjadi sebuah kewajiban bagi Pak Maufur, di mana dia menyadari selama berhubungan antara antasan dan bawahan tentu ada ketidakpuasan, ketidakcocokan, dan kemarahan atau kebencian, maka semua itu harus dilebur. Dan itu semua dilakukan agar talisilaturahmi berjalan penuh keharmonisan.

mungkin saja ada yang tak berkenan
agar silaturahmi tetap berjalan
maka segera kita saling mohon dan memaafkan.

Maufur yang pada tanggal 12 Maret mendatang tampil kembali membacakan puisi Tegalan di Pendapa Ki Gede Sebayu dalam acara Peluncuran Antoloji Puisi Tegalan ‘Ngranggeh Katuranggan’ itu, mengakhiri pembacaan sajak Mohon Diri dengan gemuruh tepuk tangan para hadir. Malam itu pun menjadi sebuah acara pamitan cukup indah dan berkesan mendalam karena baru pertama kali terjadi dan unik. “Mantap dan unik” ucap Pak Camat yang merasa terkesan usai pembacaan puisi itu. Sementara Pak Wakil Walikota sendiri ketika tanya alasan kenapa membawakan puisi dalam pidato, dia berkata: “Efisien waktu, kalimat indah, penuh makna. Cara yang berbeda diharap lebih menarik,” (*)



Tidak ada komentar: