Senin, 16 Maret 2009

Baca Sajak Diketinggian 2000 Meter


Baca Puisi di Kebun Teh pada Ketinggian 2000 M

DUA Pegawai Negeri Sipil, Begawan Tegalan Lanang Setiawan, dan seorang wartawan, Sabtu (14/3) kemarin bikin sensasi yang unik dengan melakukan pembacaan puisi Tegalan. Empat pembaca masing-masing Kepala Seksi Kemitraan Dishubkominfo, Atmo Tan Sidik, Agus Siswanto, dan seorang wartawan dari harian di Jawa Tengah, Bayu Setiawan. Mereka melakukan hal tersebut dalam rangkaian acara pesta rakyat Kumpul Bareng Warga Kaligua PTPN IX. Acara dipusatkan di Wisata Agro Kebun Teh Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes.
Ketika panitia mempersilakan mereka untuk naik panggung membacakan puisi, ketiganya menolak. Mereka bersepakat melakukan aksi pembacaannya bukan di atas pentas melainkan memilih tempat lain. Mereka kemudian diangkut menggunakan mobil, menuju perkebunan teh pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan air laut yang dilarbelakangi panorama hijau berbalut halimun. Di tengah perjalanan, budayawan pantura Atmo Tan Sidik meminta mobil berhenti. Kabut putih menderas mengepung kawasan perbukitan. Atmo turun dan melangkah berbaur dengan para pemetik teh yang bercaping. Tak lama, dari mulutnya meluncur bait-bait puisi Nranggèh Katuranggan karya Wakil Walikota Tegal, Dr. Maufur. Mendengar ada orang membaca puisi, para pemetik teh sejenak menghentikan kegiatan.
“Ada apa sih mas? Kok berteriak di kebun teh?” tanya seorang pemetik.
“Baca puisi, syair bu,” bu Yayu, staf dari Dishubkominfo yang turut dalam perjalanan budaya itu menjelaskan. Para pemetik teh baru menyadari. Tapi agaknya rona wajah mereka berseri-seri melihat orang kota bersyair.
Lain lagi yang dilakukan oleh Bayu Setiawan. Dia memilih melakukan pembacaan puisinya bukan di hamparan kebun teh, melainkan di antara derasnya pancuran Tuk Bening. Kami terpaksa mendaki lebih jauh lagi dengan jalan berkelok-kelok namun keindahan obyek wisata Kaligula mengepung. Selepas mata memandang kehijauan dan kabut menutup lembah bagai lautan menghampar.
Tepat di antara pancuran Tuk Bening, Bayu melepaskan sepatu dan menggulung celana panjangnya. Dengan tanpa menggunakan teks, dia kemudian membacakan salah satu puisi Tegalan berjudul Ngertia Maring Enyong. Usai pembacaan mereka, kini giliran Agus Siswanto salah satu PNS dari Staf Dishubkominfo. Kali ini, Agus pun tak mau kalah. Dia memilih tempat pembacaan di pintu gerbang masuk Goa Jepang. Pembacaan Agus lebih heboh lagi, karena selain ditonton oleh karyawan dari PTPN IX Kaligula, puluhan anak pelajar SMKN Tonjong yang tengah santai-santai di gazebo, turut bergabung menyaksikan pembacaan Agus membawakan puisi berjudul Sing Nggo Tuku Sing Langka karya Atmo Tan Sidik. Terakhir adalah Begawan Tegalan Lanang Setiawan membacakan satu puisi di salah satu jembatan.
Meski pembacaan tersebut tak ditonton oleh ratusan pengunjung, namun mereka merasa senang membaca puisi di alam bebas dengan hamparan keindahan kebun teh dan kabut menyelubungi. Semua puisi yang mereka bawakan diambil dari antoloji puisi Ngranggèh Katuranggan.
Atmo Tan Sidik beralasan, kenapa pembacaan puisi mereka tak mau dilakukan di atas pentas, baginya bukan mau cari sensasi namun ingin memburu udara bersih di tengah indahnya puncak perbuktian. “Baca puisi di kebun teh, selain misi bali desa mbangun desa, sekaligus memburu udara bersih,” katanya.
Usai pembacaan, Atmo menghadiahkan buku Ngranggèh Katuranggan kepada Bagian Operasional Agro Wisata, Marjono dan beberapa karyawan setempat serta pihak sponsor yang menyelenggarakan acara pesta rakyat.


KETERANGAN FOTO: - Lanang Setiawan saat membacakan sajak Tegalan di kawasan bukit pada ketinggian 2000 meter di Wisata Agro Kebun Teh Kaligua, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes, Sabtu (14/3/2009).

Tidak ada komentar: