Dari Sajak Machroni MI
Potret Sosial Tertimpa Sial
POTRET sosial dalam puisi karya Machroni MI dapat dilihat dalam sajaknya berjudul ‘Kang Dasmad’ (KD). Profesi KD sebagai tukang becak adalah penggambaran kehidupan sosial yang tertimpa sial. Hanya saja KD di sini mewakili kaum teguh kukuh bermental handal. Ibarat serpihan baja yang dibenamkan di medan bara hingga membara, lalu pasal demi pasal dan peraturan pemerintahan menggodamnya bertubi-tubi agar musnah?
Bagi KD, dimata penyair, deraan itu justru semakin menyempurnakan dirinya menjadi sosok wang cilik yang berjiwa satria.
Kini hidup nyaman dan tentram
meski tetap menggenjot becak
di siang bolong, atau malam hari
mengangkut penumpang
yang pulang mudik
dari ibukota Jakarta
di stasiun kereta, atau di terminal bus…
Irisan nasib yang dirasakan perih KD belum seberapa dengan tragedi yang menimpa seorang tukang becak di Bandung, Sukardal (53). Ia mati gantung diri, lantaran becaknya pada 2 juli 1986 disita petugas tibum. Tentu sesuai dengan peraturan dan perintah atasannya.
Jika takdir sebuah ketetapan Tuhan. Sedangkan nasib bersifat tidak absolut. Maka dalam rentangan benang nasib itu, bagi sosok KD tetap dijadikan seutas hantaran titian yang hanya berupa kail peruntungan dalam hidupnya. Tidak serta merta dirajut dijadikan selembar jaring sehingga menjadi lebih baik. Sebaliknya tidak putus harapan dan sefrontal Sukardal yang justru memendekan rentang takdirnya.
Puisi KD mencuatkan kearifan sosial, kesahajaan dan semangat pantang menyerah dalam sosok KD. Semoga sepercik harapan bagi ‘aku lirik’ akan eksistensi sepercik ruang yang membuat keberadaannya tetap bertahan.
Kang dasmad, oi kang dasmad
kepulanganmu tetap disambut
tak akan menggusur abang becak
dalam mengais rejeki
di kota kelahiran, Tegal Bahari
Potret Sosial Tertimpa Sial
POTRET sosial dalam puisi karya Machroni MI dapat dilihat dalam sajaknya berjudul ‘Kang Dasmad’ (KD). Profesi KD sebagai tukang becak adalah penggambaran kehidupan sosial yang tertimpa sial. Hanya saja KD di sini mewakili kaum teguh kukuh bermental handal. Ibarat serpihan baja yang dibenamkan di medan bara hingga membara, lalu pasal demi pasal dan peraturan pemerintahan menggodamnya bertubi-tubi agar musnah?
Bagi KD, dimata penyair, deraan itu justru semakin menyempurnakan dirinya menjadi sosok wang cilik yang berjiwa satria.
Kini hidup nyaman dan tentram
meski tetap menggenjot becak
di siang bolong, atau malam hari
mengangkut penumpang
yang pulang mudik
dari ibukota Jakarta
di stasiun kereta, atau di terminal bus…
Irisan nasib yang dirasakan perih KD belum seberapa dengan tragedi yang menimpa seorang tukang becak di Bandung, Sukardal (53). Ia mati gantung diri, lantaran becaknya pada 2 juli 1986 disita petugas tibum. Tentu sesuai dengan peraturan dan perintah atasannya.
Jika takdir sebuah ketetapan Tuhan. Sedangkan nasib bersifat tidak absolut. Maka dalam rentangan benang nasib itu, bagi sosok KD tetap dijadikan seutas hantaran titian yang hanya berupa kail peruntungan dalam hidupnya. Tidak serta merta dirajut dijadikan selembar jaring sehingga menjadi lebih baik. Sebaliknya tidak putus harapan dan sefrontal Sukardal yang justru memendekan rentang takdirnya.
Puisi KD mencuatkan kearifan sosial, kesahajaan dan semangat pantang menyerah dalam sosok KD. Semoga sepercik harapan bagi ‘aku lirik’ akan eksistensi sepercik ruang yang membuat keberadaannya tetap bertahan.
Kang dasmad, oi kang dasmad
kepulanganmu tetap disambut
tak akan menggusur abang becak
dalam mengais rejeki
di kota kelahiran, Tegal Bahari
Puisi yang ditulis pria kelahiran Tegal 21 Desember 1938, Machroni MI sederhana tetapi mengggelitik. Machroni MI menekuni dunia sastra sejak tahun 1956. Pernah menjadi juara lomba cipta puisi dan prosa tingkat SMP. Tahun 1953 puisi petamanya dimuat di Koran Duta Rakyat pada kolom Tunas Mekar dengan judul “Kenangan” dan lainnya. Ia dikenal sebagai wartawan senior tiga jaman. Mengabdi di harian “Sinar Harapan” kemudian diteruskan ke harian “Suara Pembaharuan”, “Harian Terbit” dan pernah menjadi pengasuh di tabloid “Sembada” terbitan Tegal. Dia adalah juga salah satu pendiri lembaran Koran “Tali” taun 60-an. (Hamidin Krazan)
KETRANGAN GAMBAR : Machroni MI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar