Pedangdut Yani:
Separoh Gairahku
Separoh Gairahku
Dirampas Dangdut
LAGU dangdut sepertinya sudah menjadi darah daging Yani. Pedangdut asal Desa Padaharja Kecamatan Kramat itu mengaku separoh gairah hidupnya ‘dirampas’ musik dangdut dan ia tak bisa berpaling dari jenis musik yang membumi itu.
“Aku jatuh cinta sama dangdut. Dalam hidupku sepertinya tiada hari tanpa dangdut yang selalu mengiringi langkahku. Separo gairah hidupku bahkan dirampas oleh musik dangdut,” ujar Yani ketika berbicang dengan penulis pada Rabu (29/10) malam di sebuah rumah makan kawasan Kramat, Kabupaten Tegal sebelum dia tampil pada acara Penyerahan Penghargaan MURI kepada penyair Husin, pembaca sajak terlama 4 hari 4 malam.
Bagi Yani, totalitas sebagai pedangdut adalah sebuah kemutlakan. Ia percaya bahwa apa yang dia pilih bukanlah sebuah tindakan keliru. Delapan tahun ia suntuk berprofesi sebagai biduanita adalah bukti kalau dunia dangdut ternyata bisa untuk menghidupi dirinya dan keluarga.
“Aku memilih jalan hidup tak mau setengah-setengah. Sebagai pedangdut, aku penuh suntuk memilih profesi ini karena telah aku rindukan” tegasnya.
Yani mengawali karirnya delapan tahun silam. Kegilaannya pada lagu dangdut terasa sekali sejak ia masih kanak-kanak. Ia senang mengikuti biduan menyanyi saat dia mendengar lagu dangdut di radio. Berawal dari sana, Yani semakin suntuk mendalami lagu-lagu dangdut. Akhirnya dia memutuskan hidup total sebagai pedangdut dari kampung ke kampung, dari satu kota ke kota lainnya.
“Cengkok suaraku memang lebih menonjol ke dangdut, lagian lagu dangdut itu lebih gampang dan asyik, jadi aku seneng aja bawain” ujar Yani menjawab pertanyaan.
Entah sampai kapan Yani bakal kuat pada pilihan hidupnya itu, ia hanya mengaku bahwa sampai detik ini belum merasa bosan jadi penyanyi dangdut. Alamat Yani berada di Desa Padaharja dukuh Kedawung Rt1/Rw 1 Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia.
LAGU dangdut sepertinya sudah menjadi darah daging Yani. Pedangdut asal Desa Padaharja Kecamatan Kramat itu mengaku separoh gairah hidupnya ‘dirampas’ musik dangdut dan ia tak bisa berpaling dari jenis musik yang membumi itu.
“Aku jatuh cinta sama dangdut. Dalam hidupku sepertinya tiada hari tanpa dangdut yang selalu mengiringi langkahku. Separo gairah hidupku bahkan dirampas oleh musik dangdut,” ujar Yani ketika berbicang dengan penulis pada Rabu (29/10) malam di sebuah rumah makan kawasan Kramat, Kabupaten Tegal sebelum dia tampil pada acara Penyerahan Penghargaan MURI kepada penyair Husin, pembaca sajak terlama 4 hari 4 malam.
Bagi Yani, totalitas sebagai pedangdut adalah sebuah kemutlakan. Ia percaya bahwa apa yang dia pilih bukanlah sebuah tindakan keliru. Delapan tahun ia suntuk berprofesi sebagai biduanita adalah bukti kalau dunia dangdut ternyata bisa untuk menghidupi dirinya dan keluarga.
“Aku memilih jalan hidup tak mau setengah-setengah. Sebagai pedangdut, aku penuh suntuk memilih profesi ini karena telah aku rindukan” tegasnya.
Yani mengawali karirnya delapan tahun silam. Kegilaannya pada lagu dangdut terasa sekali sejak ia masih kanak-kanak. Ia senang mengikuti biduan menyanyi saat dia mendengar lagu dangdut di radio. Berawal dari sana, Yani semakin suntuk mendalami lagu-lagu dangdut. Akhirnya dia memutuskan hidup total sebagai pedangdut dari kampung ke kampung, dari satu kota ke kota lainnya.
“Cengkok suaraku memang lebih menonjol ke dangdut, lagian lagu dangdut itu lebih gampang dan asyik, jadi aku seneng aja bawain” ujar Yani menjawab pertanyaan.
Entah sampai kapan Yani bakal kuat pada pilihan hidupnya itu, ia hanya mengaku bahwa sampai detik ini belum merasa bosan jadi penyanyi dangdut. Alamat Yani berada di Desa Padaharja dukuh Kedawung Rt1/Rw 1 Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar