Jumat, 24 Oktober 2008

Wwancara SOAL PENGHARGAAN SENI TEGAL


Moh. Hadi Utomo:

Penghargaan Seniman
Harus Periodik


PENGHARGAAN seni yang diberikan Pemerintah Kota (Pemkot) Kota Tegal sebagai satu bukti adanya pengakuan terhadap eksistensi seniman. Diharapkan, seniman yang masih hidup dapat memacu kreativitasnya. Ada dua alasan mengapa penghargaan seni itu penting bagi seniman. Lantas bagaimana penghargaan seni itu berkesan prestise. Untuk mengetahuai apa manfaat dari penghargaan seni bagi para seniman, simak wawancara Nirmala Post Hamidin Krazan dan Lanang Setiawan dengan budayawan asal Kabupaten Tegal Moh Hadi Utomo, Jumat (24/10) berikut petikannya:
Bagiamana tanggapan Anda atas penghargaan seni di Kota Tegal?
Ada dua manfaat dari penghargaan seni. Pertama, penghargaan seni memang dibutuhkan seniman untuk memacu semangat dalam berkarya. Kedua untuk menghargai seniman dimana profesi seniman itu merupakan sebuah pilihan hidup yang mulia. Sebagaimana seseorang berprofesi sebagai ustadz, guru, karyawan dan lainnya. Semua itu merupakan pangilan jiwa. Hargailah itu. Sebaliknya sebagai seniman juga jangan sekedar pelarian hidup.
Haruskah pemerintah yang memberikan penghargaan itu?
Tentu saja tidak hanya pemerintah. Siapapun bisa sebagai pemrakarsa, pengusaha ataupun sebuah lembaga kesenian itu sendiri maupun lainnya yang ada di masyarakat yang memiliki perhatian terhadap karya seni.
Idealnya bagaimana?
Penghargaan harus rutin. Jika adanya hanya sesekali saja, penghargaan itu akan menjadi tidak bernilai. Hal yang perlu dipahami, jika kemudian hari penghargaan itu akan diadakan setiap tahun, maka harus ada tim khusus, semacam tim verifikasi yang ditetapkan terlebih awal dari proses lainnya. Kemudian dalam proses kerjanya tim verifikasi ini bersifat independent. Tentu segala hal yang berkaitan dengan penghargaan dibuat draf sehingga segala sesuatunya jelas. Baik kategori, periodisasi berkesenian, teritorialnya sampai jenis kesenian yang diberi penghargaan. Melalui tahapan penyaringan secara terbuka serta atas usulan siapa. Setiap kategori harus mencerminkan prestasi dari karya seni sesuai dengan kapasitas senimannya. Saya mengharapkan, penghargaan seni baik oleh pemerintah maupun lembaga non pemerintah, harus melalui lembaga yang otonom, berwibawa, credible dan tidak bisa didikte oleh siapapun. Salah satu indikasinya, para peraih penghargaan adalah para seniman yang karyanya bisa dipertangungjawabkan secara estetika.
Dengan agenda rutin itu apakah agar semua seniman kebagian?
Bukan itu orientasinya. Perlu dipahami juga, jika penghargaan seni itu menjadi agenda setiap tahun, itupun harus ada batasan kongkrit dan jelas. Jangan sampai akhirnya malah menyerupai arisan penghargaan. Artinya penghargaan diberikan sesuai nomor urut, kemudian semua mendapat giliran. Tahun depan giliran siapa yang mendapat karena sebelumnya belum mendapat. Padahal kreativitasnya sudah mandek, tidak ada karya sekalipun masih tetap mengaku dirinya seniman. Bukan itu. Melainkan atas azas prestasi. Siapa yang menjaga kontiunitas dalam berkarya, meningkatkan volume dalam melakukan kegiatan seni, merekalah yang berhak, sekalipun sebelumnya pernah mendapat juga.
Penghargaan itu identik dengan perolehan finansial?
Perlu dipertegas juga, penghargaan yang prestise itu selain ada secara periodik, juga ada reward. Jika itu dalam bentuk finansial, dananya dari mana? Kalau pemerintah kota/ daerah yang memberikan, apakah dari APBD? Jika iya, adanya sejak kapan. APBD yang akan datang mungkinkah masih ada atau akan ditentang anggota dewan? Jika dari swasta apakah dia bekerja sama dengan sebuah lembaga tertentu? Seperti hadiah nobel itu memang sudah ada dana yang disimpan di bank dunia, sedangkan uang sebagai salah satu bentuk rewardnya diambil dari bunganya.
Terpenting dari penghargaan itu sendiri apa?
Sebenarnya untuk membangkitkan motivasi masyarakat itu tidak mudah. Pada masa sekolah kepala sekolah menyediakan hadiah bagi siswa berprestasi, ada bea siswa bagi mahasiswa, semua itu upaya menumbuhkan motivasi. Karya seni yang relative bermanfaat dalam kehidupan manusia pun para senimanya harus dipacu agar karya yang dibuatnya berkualitas dan bermanfaat. Caranya mereka dipacu dengan itu. Apa yang dilakukan pemkot Tegal sebagai langkah awal yang baik, meskipun terkesan berjalan dengan langkah seribu. Jadi ada sesuatu yang tertinggal, dalam proses awalnya. Padahal itu bekal yang sangat penting dan tidak boleh dikesampingkan. Kedepannya, sebelum ada penghargaan, perlu ada kajian, survey dan diumumkan selayaknya lomba. Pelru juga tim verifikasi belajar pada lembaga yang pernah memberikan penghargaan yang telah rutin berjalan. Seperti yang diprakarsai penyair Ajip Rosidi.
Bagaimana agar penghargaan tidak memicu kecemburuan?
Harus ada kategori penghargaan yang jelas untuk seniman. Jika dalam penghargaan itu ada jenis sastra, lantas senin musik dimasukan atau tidak. Jika ada seni pedalangan mengapa seni ketrampilan tidak, bukankan di Tegal juga banyak pengrajin, termasuk batik dan alat rumah tangga lainnya? Jika teater mendapat penghargaan mengapa drama tradisional tidak disertakan? Semua itu akan menjadi jelas jika ada kategori, klasifikasi dan ukuran yang jelas. Tujuannya untuk menghidari unsur subyektivitas dan pertemanan (*)


Tidak ada komentar: