Untuk Novel Pengendara Badai
KELOKALAN DAN KEGLOBALAN SATU
“Lewat Pengendara Badai, Lanang Setiawan mau bilang, kelokalan dan keglobalan adalah satu. Ini dia, dengan jurus kelokalaln Tegal, pendekar “sableng” dari pantai utara ini mau bikin geger jagat sastra kita. Dia akan berasil.”
---AHMAD TOHARI, Novelis
“Membaca novel Pengendara Badai saya seperti melihat representasi sebuah sejarah yang bergerak. Terkandung di dalamnya kekuatan dinamika budaya lokal yang mungkin luput dicatat banyak orang. Sastra dan umumnya kesenian di Tegal terus mengisi agenda yang suatu saat diperhitungkan secara nasional. Pengendara Badai menjadi novel dokumentatif dengan memperdayakan keunikan bahasa sebagai luh kisah. Sebagai sesama orang Tegal, saya iri pada Lanang sekaligus bangga.”
--KURNIA EFFENDI, Sastrawan
“Novel Pengendara Badai sepintas mengingatkan aku pada novel sejarah dengan teknik penulisan jurnalistik. Tapi Lanang piawai mengemasnya, dasyat”
---YONO DARYONO, Dramawan
“LS punya kehebatan dalam mengumpulkan peristiwa budaya, lalu dituangkan dalam sastra tulis dari kebiasaannya yang tidak bisa diam berkreativitas, menjadikan LS selalu gelisah dalam bersusastra, budaya lisan masyarakat pesisir yang kental dengan blaka suta, jor-joran dan kadang jorok, oleh LS disulap menjadi dunia Sastra Tegalan yang tidak seronok, tapi menggemaskan, dan LS pun mampu mengubah bahasa Tegalan dari budaya lisan ke sastra yang bergengsi. LS menjadi pemicu dan pendobrak bagi sastrawan-sastrawan lain untuk berkarya. Kini LS menggebrak dengan karya barunya berupa novel Pengendara Badai. Bravo untuk LS”
--- H. TAMBARI GUSTAM, Aktivis, penulis dan pelawak
“Membaca novel Pengendara Badai, asik banyak ungkapan yang menggelitik.”
--ABIDIN ABROR, Monologer dan wartawan
“Novel PB bagus, bahasa lugas tapi indah. Penggambaran tokoh-tokohnya sederhana, tapi pas, baik karakter maupun situasi saat itu cukup hidup dan humoris. Aku suka gaya dengan bahasa campuran Tegalan Lanang, mewakili kedaerahan. Terus dan tingkatkan biar orang-orang Tegal sendiri menjadi cinta pada bahasa dan logatnya sendiri.”
---H HASAN BISRI, perupa Jatibarang Brebes
KELOKALAN DAN KEGLOBALAN SATU
“Lewat Pengendara Badai, Lanang Setiawan mau bilang, kelokalan dan keglobalan adalah satu. Ini dia, dengan jurus kelokalaln Tegal, pendekar “sableng” dari pantai utara ini mau bikin geger jagat sastra kita. Dia akan berasil.”
---AHMAD TOHARI, Novelis
“Membaca novel Pengendara Badai saya seperti melihat representasi sebuah sejarah yang bergerak. Terkandung di dalamnya kekuatan dinamika budaya lokal yang mungkin luput dicatat banyak orang. Sastra dan umumnya kesenian di Tegal terus mengisi agenda yang suatu saat diperhitungkan secara nasional. Pengendara Badai menjadi novel dokumentatif dengan memperdayakan keunikan bahasa sebagai luh kisah. Sebagai sesama orang Tegal, saya iri pada Lanang sekaligus bangga.”
--KURNIA EFFENDI, Sastrawan
“Novel Pengendara Badai sepintas mengingatkan aku pada novel sejarah dengan teknik penulisan jurnalistik. Tapi Lanang piawai mengemasnya, dasyat”
---YONO DARYONO, Dramawan
“LS punya kehebatan dalam mengumpulkan peristiwa budaya, lalu dituangkan dalam sastra tulis dari kebiasaannya yang tidak bisa diam berkreativitas, menjadikan LS selalu gelisah dalam bersusastra, budaya lisan masyarakat pesisir yang kental dengan blaka suta, jor-joran dan kadang jorok, oleh LS disulap menjadi dunia Sastra Tegalan yang tidak seronok, tapi menggemaskan, dan LS pun mampu mengubah bahasa Tegalan dari budaya lisan ke sastra yang bergengsi. LS menjadi pemicu dan pendobrak bagi sastrawan-sastrawan lain untuk berkarya. Kini LS menggebrak dengan karya barunya berupa novel Pengendara Badai. Bravo untuk LS”
--- H. TAMBARI GUSTAM, Aktivis, penulis dan pelawak
“Membaca novel Pengendara Badai, asik banyak ungkapan yang menggelitik.”
--ABIDIN ABROR, Monologer dan wartawan
“Novel PB bagus, bahasa lugas tapi indah. Penggambaran tokoh-tokohnya sederhana, tapi pas, baik karakter maupun situasi saat itu cukup hidup dan humoris. Aku suka gaya dengan bahasa campuran Tegalan Lanang, mewakili kedaerahan. Terus dan tingkatkan biar orang-orang Tegal sendiri menjadi cinta pada bahasa dan logatnya sendiri.”
---H HASAN BISRI, perupa Jatibarang Brebes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar