Para seniman angkatan 50-60-an dan generasi angkatan 80-an foto bersama setelah usai peretemuan 'Kangen-kangenan' di rumah Nurhidayat Poso (jongkok) beberapa tahun seilam. Beberapa seniman diantaranya yang sudah meninggal Soedjai S, Woerjanto, Parto Tegal, Sukarno Wibowo, Sentot Susilo, Ki Bagdja, Topo, Piek Ardijanto Suprjadi, dan Suleman Dito (Foto: Dok Tabloid Tegal Tegal)
Salah satu sandiwara Tionghoa yang turut menyemarakan daerah Tegal dalam membesarkan nama Tegal sebagai Kota Budaya. Pementasan tersebut berlangsung di Gedoeng Rakjat atau Tawang Samudra terjadi pada tahun 50-an (Foto: Dok Lanang Setiawan)
Gedoeng Rakjat menjadi saksi dari eksistensi kesenian Kelompok Tunas yang melahirkan aktor dan sutradara berkelas Soedjai S (Foto: Dokumen Lanang Setiawan)
Dua Media Tegal Lembaran Mingguan Tali dan Kilat, tahun 50-an dan 60-an (Foto: Dok Lanang Setiawan)
Aktris Teater Puber Denok Harti dan aktor MH. Enthieh Mudakir saat membaca puisi terjemahan Tegalan 'Rick Sing Corona' dari sajak asli 'Rick Dari Corona' karya WS. Rendra, di Taman Budaya Surakarta tahun 1994 (Foto: Dok Lanang Setiawan)
Aktor dan Sutradara Kelompok TUNAS, Soedjai. S dalam salah satu sandiwara berjudul 'Nirmala' di Gedpeng Rakjat tahun 1957 (Foto: Dok Lanang Setiawan)
Novel tersebut menceritakan perjuangan seniman Tegal tentang sebuah perjalanan memperjuangkan budaya lokal Tegalan dengan segala sepakterjangnya dan sarat dengan data seni dari tahun 50-an sampai sekarang. Sangat penting sebagai sebuah reverensi bagi siapapun yang bergerak dalam dunia kesenian, termasuk wartawan, mahasiswa, dan peneliti sejarah kesenian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar