Minggu, 28 Juni 2009

KH. A. AZIZ FADIL


KH. A. Aziz Fadil
Menulis Puisi Karena Pengeran


USIANYA
yang sudah beranjak 71 tahun lebih, tak mampu menghentikan kegiatannya sebagai seorang penulis, penggiat sastra, dan pembaca puisi yang masih tangguh. Itulah KH. A. Aziz Fadil warga Desa Kajen Kecamatan Talang, yang senantiasa bergerak dalam aktivitas positif untuk kemajuan khazanah sastra dan agama.
Aziz lahir di Tebuireng, Jombang, Robiul Awal 1358 H atau 1 Mei 1938 M. Ilmunya yang diperoleh selama nyantri di Pondork Moderen Gontor dimanfaatkan untuk Taman Pendidikan Ahlussnnah wal jamaah yang terkenal dengan nama Peerguruan Taman Penawaja di Kabupaten Tegal. Didirikannya pada tahun 1989, memiliki pendidikan formal SD, SMP, MTs dan SMA. Sedang pendidikan non formal KBIH, PMBA Sempoa dan usaha penerbitan.
Sebagai penulis, Aziz telah melahirkan antologi puisi Baja Membara yang saat ini sudah tiga kali naik cetak. Sebagai penggiat sastra, dia telah menyelenggarakan lomba baca puisi hingga 9 kali. Sebuah prestasi bukan main-main yang patut diacungi jempol karena lomba semacam itu jarang sekali dilakukan secara konsisten oleh komunitas manapun di wilayah Tegal. Tapi oleh orang seusia dia, gerakan kebudayaan itu dilanggengkan tiap 2 tahun atau paling lambat 3 tahun sekali. “Saya ingin menyemarakan khazanah sastra nasional lewat baca puisi,” tukas Aziz, Sabtu (27/6) kemarin usai dia membacakan puisinya berjudul Rindu, saat membuka Lomba Baca Puisi Baja Membara di Aula SMP Plus NU 01 Penawaja, Kajen Talang.
Aziz mengaku, menulis puisi tidak harus ngoyo. Baginya, sebuah proses penciptaan puisi butuh pengendapan dan perenungan. “Karya puisi itu bukan produk dari sebuah pabrik. Saya tidak ngoyo mencipta puisi sehingga tidak jadi beban,” tandasnya.
Sebagai pembaca puisi, dia pun begitu. Tidak selalu tampil di sembarang acara, karena saat dia tampil menuruti gerak hatinya, dan itu pun khusus pada momen-momen tertentu saja. Satu contoh di acara lomba baca puisi Baja Membara IX, dia tampil, dan pada acara penting lainnya seperti saat Deklarasi Lembaga Swadaya Peduli Pendidikan Indonesia (LSPPI) di Slawi. “Yang menggerakan saya menulis puisi Pengeran disamping panggilan hati. Juga saat saya membaca puisi,” katanya.
Yang dimaksud Pengeran adalah Gusti Allah SWT yang baginya menjadi gantungan hidup dan penghidupannya. Termasuk dalam proses mencipta puisi, Aziz menyandarkan pada panggilan hati yang digerakan oleh Pengeran.
Selain puisi, beberapa buku agama yang ditulis Aziz diantaranya Islam Menuju Dunia Yang Diridloi Tuhan, Sejarah Islam I dan II, Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh, do’a Keluarga Besar Penawaja, Tajwidul Qur’an, Sejarah Haji di Baitullah, dan Himpunan Do’a Ibadah Haji (LS)








Tidak ada komentar: