Intan Zulaekha
Sampai Kapan Pun Saya akan Baca Puisi
BUAH jatuh tak jauh dari pohonnya, kira-kira seperti itulah perumpamaan yang tepat ditujukan buat Intan Zulaekha S.Sos. Ibu guru matematika dan sempoa SMP Plus NU 01 Penawaja, Kajen Talang ini, darah seni yang mengalir pada dirinya tak lain berasal dari ayahnya, KH. A. Aziz Fadil. Pada masa mudanya hingga di usia 71 tahun, bapak Intan terbilang masih aos saat tampil di panggung baca puisi.
Tak beda dengan bapaknya, Intan pun memiliki daya sentak. Di atas panggung dia bah banteng ketaton, menghentak, melolong, dan meluap-luap dengan vokalnya yang lantang. Penjiwaannya kuat, pemenggalan kata demi kata pada bait puisi yang dia baca dipilahnya dengan cermat, membuat penonton terpaku untuk tetap menyimak sebelum dia usai membacakan sajaknya. Itulah kesan membekas ketika harian Nirmala Post menikmati suguhan hiburan baca puisi yang dia bawakannya saat acara selingan pada Lomba Baca Puisi Baja Membara IX di Aula SMP Plus NU 01 Penawaja, Kajen Talang, Sabtu (27/6) lalu.
Sampai Kapan Pun Saya akan Baca Puisi
BUAH jatuh tak jauh dari pohonnya, kira-kira seperti itulah perumpamaan yang tepat ditujukan buat Intan Zulaekha S.Sos. Ibu guru matematika dan sempoa SMP Plus NU 01 Penawaja, Kajen Talang ini, darah seni yang mengalir pada dirinya tak lain berasal dari ayahnya, KH. A. Aziz Fadil. Pada masa mudanya hingga di usia 71 tahun, bapak Intan terbilang masih aos saat tampil di panggung baca puisi.
Tak beda dengan bapaknya, Intan pun memiliki daya sentak. Di atas panggung dia bah banteng ketaton, menghentak, melolong, dan meluap-luap dengan vokalnya yang lantang. Penjiwaannya kuat, pemenggalan kata demi kata pada bait puisi yang dia baca dipilahnya dengan cermat, membuat penonton terpaku untuk tetap menyimak sebelum dia usai membacakan sajaknya. Itulah kesan membekas ketika harian Nirmala Post menikmati suguhan hiburan baca puisi yang dia bawakannya saat acara selingan pada Lomba Baca Puisi Baja Membara IX di Aula SMP Plus NU 01 Penawaja, Kajen Talang, Sabtu (27/6) lalu.
“Saya suka baca puisi karena hobi. Mungkin darah seni saya mengalir dari ayah,” aku Intan yang dibenarkan oleh bapaknya.
Menurut bapaknya, sejak Intan masih duduk dibangku SD tak bosan-bosannya mengikuti berbagai lomba baca puisi. Di mana saja ada lomba, dia kejar meski upaya meraih kejuaraan selalu gagal, Intan Zulaekha tak mau putus asa. Ia tetap meradang, menggelora, dan menyalak-nyalak dalam setiap panggung lomba.
Menurut bapaknya, sejak Intan masih duduk dibangku SD tak bosan-bosannya mengikuti berbagai lomba baca puisi. Di mana saja ada lomba, dia kejar meski upaya meraih kejuaraan selalu gagal, Intan Zulaekha tak mau putus asa. Ia tetap meradang, menggelora, dan menyalak-nyalak dalam setiap panggung lomba.
“Anak saya yang ke empat ini, memang punya kemaun keras dan tak mau putus asa,” kenang Aziz.
Karena kekerasannya itu, Intan mulai diperhitungkan. Pada tahun 1997 ia meraih juara I Putri Lomba Baca Puisi dalam rangka Perkemahan V dan Porseni IV LP Ma’arif NU se-Kabupaten Tegal, pada tahun 1998 ia kembali menggondol juara II dalam LBP Porseni SMP/MTs se-Kabupaten Tegal, juara I LBP Baja Membara Cu VIII tahun 2007, juara I LBP dalam rangka HUT RI ke-51 tingkat Desa Kajen, dan yang paling prestisius adalah ketika di Batang PPNU menyelenggarakan baca puisi se-Jawa Tengah, Intan merebut juara II tahun 1999. “Sampai kapan pun saya akan baca puisi. Karena baca puisi itu tak kenal usia, seperti bapak, meski beliau sudah sepuh, tetap saja baca puisi,” pungkasnya (LS)
Karena kekerasannya itu, Intan mulai diperhitungkan. Pada tahun 1997 ia meraih juara I Putri Lomba Baca Puisi dalam rangka Perkemahan V dan Porseni IV LP Ma’arif NU se-Kabupaten Tegal, pada tahun 1998 ia kembali menggondol juara II dalam LBP Porseni SMP/MTs se-Kabupaten Tegal, juara I LBP Baja Membara Cu VIII tahun 2007, juara I LBP dalam rangka HUT RI ke-51 tingkat Desa Kajen, dan yang paling prestisius adalah ketika di Batang PPNU menyelenggarakan baca puisi se-Jawa Tengah, Intan merebut juara II tahun 1999. “Sampai kapan pun saya akan baca puisi. Karena baca puisi itu tak kenal usia, seperti bapak, meski beliau sudah sepuh, tetap saja baca puisi,” pungkasnya (LS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar