‘Ngranggèh Katuranggan’
Tak Sekadar Antoloji Puisi Biasa
PENERBITAN Antoloji Puisi Tegalan Ngranggèh Katuranggan yang diterbitkan media Tegal Tegal, menegaskan bahwa kehadiran Sastra Tegalan terus bergulir tak hanya menggeliat namun sudah menjadi bagian dari masyarakat Tegal yang perlu dieksplor secara habis-habisan, agar betul-betul Sastra Tegalan mencapai pada titik kemulyaan.
Demikian M. Hadi Utomo memaparkan kata-katanya dalam Ater-ater atau laiknya disebut Kata Pengantar pada antoloji tersebut. Menurut dia, sarana ekspresi Sastra Tegalan sudah semakin popular sebagai alat komunikasi bermacam bentuk. Dari namanya sesanti atau slogan kota/kabupaten, spanduk/balio, jingle/iklan/promosi dan bahkan sampai pada tataran penyampai untuk alat dakwah, sampai dengan pidato sambutan menggunakan bahasa puisi. Model kemasan pidato dalam kemasan puisi itu bahkan kerap dilakukan oleh Wakil Walikota Tegal, Dr. Maufur setiapkali dia memberikan sambutan pada acara resmi.
“Kehadiran Sastra Tegalan sudah demikian liar. Tidak hanya dipakai untuk alat penyampai puisi, cerdek, cerbung, scenario maupun novel, tapi sudah merembes ke seluruh elemen masyarakat Tegal,” papar Hadi.
Kehadiran antoloji puisi Ngranggèh Katuranggan yang baru terbit pada akhir Januari lalu, dinilai Hadi Utomo cukup mewadahi berbagai gaya atau still oleh para penyair yang terakomodir. Dari 29 penyair yang turut ambil bagian dalam antoloji itu, tak saja bertemakan sosial, ketuhanan, sampai soal remeh-temeh tentang kegundahan asmara.
“Antoloji Ngranggèh Katuranggan ini saya pikir tak sekadar bacaan biasa namun memungkinkan sekali menjadi sebuah referensi penting bagi para siswa, mahasiswa bahkan untuk sebuah penelitian para kritikus atau pengamat sastra lokal yang ingin menyuntuki bahasa Tegal” tandas Hadi yang berbilang tahun telah menyuntuki bahasa Tegal.
Oleh sang Editor Lanang Setiawan, kehadiran antoloji tersebut diharapkan menjadi sebuah pemicu bagi kalangan pelajar, mahasiswa, pencinta sastra untuk tak lagi malu mengusung penerbitan buku-buku Tegalan. Baik itu berupa kumpulan puisi, cerita pendek, novel, monolog, dan bahasa film yang telah dibuktikan oleh sineas muda Andy Prasetyo dalam film Warto Togel (*)
PENERBITAN Antoloji Puisi Tegalan Ngranggèh Katuranggan yang diterbitkan media Tegal Tegal, menegaskan bahwa kehadiran Sastra Tegalan terus bergulir tak hanya menggeliat namun sudah menjadi bagian dari masyarakat Tegal yang perlu dieksplor secara habis-habisan, agar betul-betul Sastra Tegalan mencapai pada titik kemulyaan.
Demikian M. Hadi Utomo memaparkan kata-katanya dalam Ater-ater atau laiknya disebut Kata Pengantar pada antoloji tersebut. Menurut dia, sarana ekspresi Sastra Tegalan sudah semakin popular sebagai alat komunikasi bermacam bentuk. Dari namanya sesanti atau slogan kota/kabupaten, spanduk/balio, jingle/iklan/promosi dan bahkan sampai pada tataran penyampai untuk alat dakwah, sampai dengan pidato sambutan menggunakan bahasa puisi. Model kemasan pidato dalam kemasan puisi itu bahkan kerap dilakukan oleh Wakil Walikota Tegal, Dr. Maufur setiapkali dia memberikan sambutan pada acara resmi.
“Kehadiran Sastra Tegalan sudah demikian liar. Tidak hanya dipakai untuk alat penyampai puisi, cerdek, cerbung, scenario maupun novel, tapi sudah merembes ke seluruh elemen masyarakat Tegal,” papar Hadi.
Kehadiran antoloji puisi Ngranggèh Katuranggan yang baru terbit pada akhir Januari lalu, dinilai Hadi Utomo cukup mewadahi berbagai gaya atau still oleh para penyair yang terakomodir. Dari 29 penyair yang turut ambil bagian dalam antoloji itu, tak saja bertemakan sosial, ketuhanan, sampai soal remeh-temeh tentang kegundahan asmara.
“Antoloji Ngranggèh Katuranggan ini saya pikir tak sekadar bacaan biasa namun memungkinkan sekali menjadi sebuah referensi penting bagi para siswa, mahasiswa bahkan untuk sebuah penelitian para kritikus atau pengamat sastra lokal yang ingin menyuntuki bahasa Tegal” tandas Hadi yang berbilang tahun telah menyuntuki bahasa Tegal.
Oleh sang Editor Lanang Setiawan, kehadiran antoloji tersebut diharapkan menjadi sebuah pemicu bagi kalangan pelajar, mahasiswa, pencinta sastra untuk tak lagi malu mengusung penerbitan buku-buku Tegalan. Baik itu berupa kumpulan puisi, cerita pendek, novel, monolog, dan bahasa film yang telah dibuktikan oleh sineas muda Andy Prasetyo dalam film Warto Togel (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar