Moh. Azizi
Saya Pekerja Seni
TAHUN 90-an, masyarakat Tegal mengenal nama Moh.Azizi barangkali hanya sebatas sebagai pemain teater, terutama karena dia bergabung di Teater Massa Hisbuma. Padahal, sosok Azizi bisa ke mana-mana dan berada di mana-mana. Tak mengherankan kalau kemudian dia tiba-tiba muncul di layar TV maupun layar lebar dalam di film atau sinetron.
“Meski keberangkatan saya ke dunia film dari dunia teater, tapi saya bukan seniman. Saya ini pekerja seni,” ujar Azizi ketika mengawali pembicaraan di sebuah Warteg, Senin (17/11) siang.
Karena memproklamikan dirinya sebagai pekerja seni, Azizi menjadi leluasa bergerak ke mana-mana dan berada di mana-mana. Lepas mendalami peran di Teater Massa Hisbuma pimpinan Dwi Ery Santoso, dia pergi ke Jakarta tapi bukan untuk melamar sebagai pekerja di film, melainkan dalam urusan mencari dana pagelaran seni.
Tahun 1994, dia bersama Ayub, kawan seniman asal Kota Tegal, sedang punya hajat menggelar ‘Pekan Seni Tegal’. Karena membutuhkan dana besar, mereka pergi ke Jakarta. Di sana, dia ketemu Gozali salah satu orang film yang pernah dia kenal setahun lalu. Dari situ, Azizi diketemukan dengan penata artistik film Abdulah Sajad.
“Saya akhirnya ikut mas Sajad sebagai tenaga harian. Belakangan saya dipercaya sebagai asisten kruw artistik dalam sinetron Kaca Benggala dari episode 14 sampai 157 episode” katanya.
Dalam Kaca Benggala, ia dipercaya untuk memerankan tokoh Ngabei Wilonarto dari Kerajaan Mataram hingga 10 episode. Saat menangani sinetron Tutur Tinular, Azizi kembali dipercaya untuk bermain. Bahkan bermain dari awal episode sampai ke episode ke 160. “Tapi saya tetap menangani set dekor juga” katanya.
Tak hanya bermain dan menangani set dekor di dua film itu, Azizi menangani pula film layar lebar Badai Laut Selatan, dan Misteri Candi Borobudur sebagai kru artisitk.
Setelah pulang ke Tegal, ia menangani sinetron Kembang Warung Tegal dan terlibat juga dalam pembuatan film lokal berjudul Gigih dan Teman Tapi Racun untuk menangani set dekor (LS)
Saya Pekerja Seni
TAHUN 90-an, masyarakat Tegal mengenal nama Moh.Azizi barangkali hanya sebatas sebagai pemain teater, terutama karena dia bergabung di Teater Massa Hisbuma. Padahal, sosok Azizi bisa ke mana-mana dan berada di mana-mana. Tak mengherankan kalau kemudian dia tiba-tiba muncul di layar TV maupun layar lebar dalam di film atau sinetron.
“Meski keberangkatan saya ke dunia film dari dunia teater, tapi saya bukan seniman. Saya ini pekerja seni,” ujar Azizi ketika mengawali pembicaraan di sebuah Warteg, Senin (17/11) siang.
Karena memproklamikan dirinya sebagai pekerja seni, Azizi menjadi leluasa bergerak ke mana-mana dan berada di mana-mana. Lepas mendalami peran di Teater Massa Hisbuma pimpinan Dwi Ery Santoso, dia pergi ke Jakarta tapi bukan untuk melamar sebagai pekerja di film, melainkan dalam urusan mencari dana pagelaran seni.
Tahun 1994, dia bersama Ayub, kawan seniman asal Kota Tegal, sedang punya hajat menggelar ‘Pekan Seni Tegal’. Karena membutuhkan dana besar, mereka pergi ke Jakarta. Di sana, dia ketemu Gozali salah satu orang film yang pernah dia kenal setahun lalu. Dari situ, Azizi diketemukan dengan penata artistik film Abdulah Sajad.
“Saya akhirnya ikut mas Sajad sebagai tenaga harian. Belakangan saya dipercaya sebagai asisten kruw artistik dalam sinetron Kaca Benggala dari episode 14 sampai 157 episode” katanya.
Dalam Kaca Benggala, ia dipercaya untuk memerankan tokoh Ngabei Wilonarto dari Kerajaan Mataram hingga 10 episode. Saat menangani sinetron Tutur Tinular, Azizi kembali dipercaya untuk bermain. Bahkan bermain dari awal episode sampai ke episode ke 160. “Tapi saya tetap menangani set dekor juga” katanya.
Tak hanya bermain dan menangani set dekor di dua film itu, Azizi menangani pula film layar lebar Badai Laut Selatan, dan Misteri Candi Borobudur sebagai kru artisitk.
Setelah pulang ke Tegal, ia menangani sinetron Kembang Warung Tegal dan terlibat juga dalam pembuatan film lokal berjudul Gigih dan Teman Tapi Racun untuk menangani set dekor (LS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar