‘Penyair Tempe’
Buat Antologi Sajak Tempe
TOTALITAS Dries Anganten yang dikenal dengan sebutan ‘Penyair Tempe’ tak diragukan lagi. Berbilang tahun penyair yang sehari-harinya menyandarkan hidup sebagai bakul tempe keliling dari kampung ke kampung ini, tetap menjaga keeksisannya sebagai penyair. Setelah baru lalu dia meluncurkan antologi puisi ‘Kangen’, Penyair Tempe ini dalam waktu dekat bakal meluncurkan kembali Antologi Sajak Tempe. Antologi tersebut menurutnya hanya akan dibagikan secara gratis sebagai kado ucapan terima kasih kepada mereka yang selama ini menjadi pelanggan tempe yang dia jual dari kampung ke kampung dari gang ke gang. Tak tahu apa motifasi Anganten memberikan antologi itu kepada mereka.
“Ini cara aku mengenalkan puisi kepada pelanggan tempe yang ada di kampung-kampung atau dari gang ke gang. Ya, setidaknya mereka bisa mengetahui ada bacaan lain selain novel, komik, majalah, cerpen, atau koran,” papar sang ‘Penyair Tempe’ ini di tengah kesibukan menjajakan tempe, barang dagangannya.
Dries Anganten sengaja melakukan semua itu karena sudah menjadi niatan agar puisi yang dia bukukan itu dapat dinikmati oleh masyarakat. Setidaknya, katanya lebih lanjut, makna dan jalinan kisah yang ada dalam kumpulan puisi tersebut bisa dicerna dan mereka diharapkan bisa menambah wawasan dari luar dunianya sebagai seorang ibu rumah tangga.
“Harapanku, seorang ibu rumah tangga pun bisa melek puisi dan tahu dunia luar yang sedang bergolak,” tandasnya.
Puisi-puisi sang ‘Penyair Tempe’ ini, selain berkisahkan tentang sosial, cinta, kepahitan hidup, juga saratnya nuansa hempasan kehidupan yang dialami seorang manusia. Rasa ketuhanan tak ketinggalan ada dalam antologi puisi ‘Tempe’ yang saat ini dalam persiapan.
Anganten sendiri menulis sajak-sajaknya itu, telah dipersiapkan sejak beberapa bulan lalu dengan tambahan sajak-sajak baru. Setelah uang terkumpul dari hasil menjajakan tempe, kini sang ‘Penyair Tempe’ tersebut baru berani melangkah untuk membukukannya.
TOTALITAS Dries Anganten yang dikenal dengan sebutan ‘Penyair Tempe’ tak diragukan lagi. Berbilang tahun penyair yang sehari-harinya menyandarkan hidup sebagai bakul tempe keliling dari kampung ke kampung ini, tetap menjaga keeksisannya sebagai penyair. Setelah baru lalu dia meluncurkan antologi puisi ‘Kangen’, Penyair Tempe ini dalam waktu dekat bakal meluncurkan kembali Antologi Sajak Tempe. Antologi tersebut menurutnya hanya akan dibagikan secara gratis sebagai kado ucapan terima kasih kepada mereka yang selama ini menjadi pelanggan tempe yang dia jual dari kampung ke kampung dari gang ke gang. Tak tahu apa motifasi Anganten memberikan antologi itu kepada mereka.
“Ini cara aku mengenalkan puisi kepada pelanggan tempe yang ada di kampung-kampung atau dari gang ke gang. Ya, setidaknya mereka bisa mengetahui ada bacaan lain selain novel, komik, majalah, cerpen, atau koran,” papar sang ‘Penyair Tempe’ ini di tengah kesibukan menjajakan tempe, barang dagangannya.
Dries Anganten sengaja melakukan semua itu karena sudah menjadi niatan agar puisi yang dia bukukan itu dapat dinikmati oleh masyarakat. Setidaknya, katanya lebih lanjut, makna dan jalinan kisah yang ada dalam kumpulan puisi tersebut bisa dicerna dan mereka diharapkan bisa menambah wawasan dari luar dunianya sebagai seorang ibu rumah tangga.
“Harapanku, seorang ibu rumah tangga pun bisa melek puisi dan tahu dunia luar yang sedang bergolak,” tandasnya.
Puisi-puisi sang ‘Penyair Tempe’ ini, selain berkisahkan tentang sosial, cinta, kepahitan hidup, juga saratnya nuansa hempasan kehidupan yang dialami seorang manusia. Rasa ketuhanan tak ketinggalan ada dalam antologi puisi ‘Tempe’ yang saat ini dalam persiapan.
Anganten sendiri menulis sajak-sajaknya itu, telah dipersiapkan sejak beberapa bulan lalu dengan tambahan sajak-sajak baru. Setelah uang terkumpul dari hasil menjajakan tempe, kini sang ‘Penyair Tempe’ tersebut baru berani melangkah untuk membukukannya.
“Insya Allah dalam waktu tak lama lagi kumpulan sajak ‘Tempe’ terbit. Doakan saja!”
Dries Anganten lahir di Desa Tegalwangi, Talang 21 Februari 1980 dengan nama lahirnya Idris. Sebelum dia menjadi penjaja tempe, ia pernah menjadi kernet bus jurusan Jakarta-Pekalongan, tukang patri panci keliling, pedagang seprei, dan kuli bangunan. Dia salah satu anggota teater binaan Begawan monolog dan penyair Apito Lahire. Alamat rumah di Desa Pepedan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. HP: 081902468255 (LS)
Dries Anganten lahir di Desa Tegalwangi, Talang 21 Februari 1980 dengan nama lahirnya Idris. Sebelum dia menjadi penjaja tempe, ia pernah menjadi kernet bus jurusan Jakarta-Pekalongan, tukang patri panci keliling, pedagang seprei, dan kuli bangunan. Dia salah satu anggota teater binaan Begawan monolog dan penyair Apito Lahire. Alamat rumah di Desa Pepedan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal. HP: 081902468255 (LS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar