Apito Baca Sajak
di Rumah Biduan Dangdut
ADA-ADA saja yang ingin dicapai Apito Lahire. Begawan monolog dan penyair dari Pesayangan, Kabupaten Tegal ini keinginana menjelajah pembacaan sajak tidak hanya di tempat-tempat terpandang namun sampai ke rumah penyanyi dangdut pun dia lakoni. Hal itu seperti yang terjadi semalam di rumah penyanyi dangdut Rosalia Agustina dan Verani di Desa Mejasem Barat, Kramat, Kabupaten Tegal. Pada malam, Selasa kemarin dia sengaja diundang oleh dua penyanyi itu. “Saya diundang mereka untuk membacakan bebarapa sajak yang terkumpul dalam antoloji Tegalan Nranggèh Katuranggan” ujar penyair berambut gondrong itu.
Meski hanya ditonton oleh keluarga dua penyanyi tersebut dan beberapa tetangga mereka, namun hal itu tidak membuat Apito saat membaca sajak-sajak Tegalan mengurangi daya pukaunya. Dia membaca dengan penjiwaan yang total, bersuara lantang, mendayu, melenguh, menghiba, sangar, dan gerakan-gerakan teaterikal. Apito kadang menari, bersuluk ala Ki Dalang, juga merayap-rayap di dinding yang berlapis kerai dari lidi-lidi pohon aren.
Sajak-sajak yang dia bacakan seperti Jontrot, Toyib, dan Badriyah karyanya, juga karya milik Wakil Walikota Tegal, Dr. Maufur sajak berjudul Ngranggèh Katuranggan, Nasehat, dan termasuk sajak-sajak cinta Ngertia Maring Enyong yang tergabung dalam antoloji Nranggèh Katuranggan dan kesemuanya itu menggunakan bahasa Tegalan.
“Sajak Tegalan ternyata asyik juga saat dibacakan. Nggak kalah dengan sajak-sajak yang menggunakan bahasa nasional. Rasanya kita seperti akrab, mungkin yang banyanya juga bagus, sajak-sajak yang ada dalam Nranggèh Katuranggan itu rata-rata baik” ujar Shinta Dewi Rosmalasari, kakak dari Lia dan Verani Puspitasari seusai pembacaan.
Senada dengan Dewi, Vera dan Lia juga berpendapat sama. Menurut mereka, sajak-sajak Tegalan memberikan kesejukan dan daya pukau tersendiri bagi penonton.
ADA-ADA saja yang ingin dicapai Apito Lahire. Begawan monolog dan penyair dari Pesayangan, Kabupaten Tegal ini keinginana menjelajah pembacaan sajak tidak hanya di tempat-tempat terpandang namun sampai ke rumah penyanyi dangdut pun dia lakoni. Hal itu seperti yang terjadi semalam di rumah penyanyi dangdut Rosalia Agustina dan Verani di Desa Mejasem Barat, Kramat, Kabupaten Tegal. Pada malam, Selasa kemarin dia sengaja diundang oleh dua penyanyi itu. “Saya diundang mereka untuk membacakan bebarapa sajak yang terkumpul dalam antoloji Tegalan Nranggèh Katuranggan” ujar penyair berambut gondrong itu.
Meski hanya ditonton oleh keluarga dua penyanyi tersebut dan beberapa tetangga mereka, namun hal itu tidak membuat Apito saat membaca sajak-sajak Tegalan mengurangi daya pukaunya. Dia membaca dengan penjiwaan yang total, bersuara lantang, mendayu, melenguh, menghiba, sangar, dan gerakan-gerakan teaterikal. Apito kadang menari, bersuluk ala Ki Dalang, juga merayap-rayap di dinding yang berlapis kerai dari lidi-lidi pohon aren.
Sajak-sajak yang dia bacakan seperti Jontrot, Toyib, dan Badriyah karyanya, juga karya milik Wakil Walikota Tegal, Dr. Maufur sajak berjudul Ngranggèh Katuranggan, Nasehat, dan termasuk sajak-sajak cinta Ngertia Maring Enyong yang tergabung dalam antoloji Nranggèh Katuranggan dan kesemuanya itu menggunakan bahasa Tegalan.
“Sajak Tegalan ternyata asyik juga saat dibacakan. Nggak kalah dengan sajak-sajak yang menggunakan bahasa nasional. Rasanya kita seperti akrab, mungkin yang banyanya juga bagus, sajak-sajak yang ada dalam Nranggèh Katuranggan itu rata-rata baik” ujar Shinta Dewi Rosmalasari, kakak dari Lia dan Verani Puspitasari seusai pembacaan.
Senada dengan Dewi, Vera dan Lia juga berpendapat sama. Menurut mereka, sajak-sajak Tegalan memberikan kesejukan dan daya pukau tersendiri bagi penonton.
“Seperti ada kedekatan dan merakyat,” tambah Vera.
Apito sendiri mengaku merasa enjoy membaca di rumah mereka. Dia tak merasakan canggung dan alersi dengan tempat di ruang tamu. Apito malah merasakan, pembacaan sajak yang dilakukannya itu justru lebih mendekatkan diri pada masyarakat ketimbang dilakukan di gedung-gedung pertunjukkan.
“Saya malah merasa lebih membumi karena dekat dengan masyarakat,” pungkas Apito yang merasakan betul mendapat pengalaman baru (*)
Apito sendiri mengaku merasa enjoy membaca di rumah mereka. Dia tak merasakan canggung dan alersi dengan tempat di ruang tamu. Apito malah merasakan, pembacaan sajak yang dilakukannya itu justru lebih mendekatkan diri pada masyarakat ketimbang dilakukan di gedung-gedung pertunjukkan.
“Saya malah merasa lebih membumi karena dekat dengan masyarakat,” pungkas Apito yang merasakan betul mendapat pengalaman baru (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar